DPRD Minta Angka Kecelakaan Transjakarta Direduksi

May 18, 2022 5:02 pm

Komisi C DPRD Provinsi DKI Jakarta menyoroti tingginya angka kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta di sepanjang tahun 2021. Sebanyak 508 kecelakaan terjadi. Perlu ada upaya serius dari PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk mereduksi jumlah tersebut.

Anggota Komisi C DPRD Jakarta Khoirudin menduga meroketnya angka kecelakaan tersebut diakibatkan minimnya pembinaan dari PT Transjakarta kepada operator mitra.

“Jangan-jangan tingginya angka kecelakaan karena kurangnya pembinaan akibat kurangnya anggaran. Maka kita ingin porsi anggaran signifikan agar tingkat kecelakaannya bisa turun minimal 50%,” ujarnya di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (18/5).

Khoirudin juga meminta agar PT Transjakarta mengelola manajemen transportasi secara profesional dengan inspeksi rutin sesuai standar operasional terhadap armada bus dan pramudi.

“Kami ingin TJ lebih profesional sehingga bisa maksimal melayani kebutuhan masyarakat dalam perpindahan perjalanan. Mestinya TJ melakukan kontrol yang ketat sehingga angka kecelakaan tidak begitu tinggi lagi,” ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan anggota Komisi C Eneng Malianasari. Ia berharap Transjakarta lebih matang dalam membuat program penekan angka kecelakaan. Mengingat jumlah penumpang bus Transjakarta akan terus meningkat diera new normal, pasca pandemi Covid-19.

“Kedepan harus ada plan dan persiapan yang lebih matang lagi agar tingkat kecelakaan dapat ditekan,” tuturnya.

Di lokasi yang sama, Direktur PT Transportasi Jakarta Mochammad Yana Aditya menjelaskan, memang ada rencana kenaikan anggaran untuk pembinaan operator, dari Rp1,4 triliun di tahun 2022 menjadi Rp3,1 triliun di tahun 2023.

“Kami dari Transjakarta menganggarkan pembinaan operator untuk 2022 sebesar 63% dari total PSO yang diberikan dari Rp2 triliun. Lalu rencana untuk 2023 beban pembinaan operator sebesar 73% dari total pengajuan PSO kita yakni sebesar Rp3,1 triliun,” tuturnya.

Adapun anggaran tersebut digunakan untuk mengoptimalkan program fit to work, perbaikan tempat istirahat dan pelatihan untuk para pengemudi.

“Detail dilapangan, ada check-in kesiapan pengemudi tiap hari. Kedua penyiapan tempat istirahat pengemudi, agar semakin fit. Ketiga pelatihan pengemudi, karena masih banyak pengemudi yang memiliki keterampilan yang khusus untuk mengemudi dalam jalur,” tandasnya. (DDJP/gie)