Khoirudin, Putu Mayang Jadi ‘Takjil’ Wajib saat Ramadan

March 14, 2024 11:08 am

Bulan Ramadan menjadi bulan paling dinanti Khoirudin. Ya, pria yang kini menjabat wakil ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS itu kerap memperkuat ibadah di bulan puasa. Di sisi lain, ia punya menu makanan khusus untuk berbuka puasa.

Makanan berbuka puasa (takjil) disuka Khoirudin yakni putu mayang. Kudapan tradisional asli Batawi yang berasal dari tepung beras dan berbentuk seperti mie bergulung-gulung itu merupakan satu di antara kuliner khas di bulan Ramadan.

“Makanan yang ada hanya saat Ramadan, yang dinanti-nanti dan tidak ada di bulan lain,” ujar Khoirudin di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (13/3).

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin. (dok.DDJP)

Ia bercerita, betapa kagumnya dengan rasa putu mayang. Apalagi proses pembuatannya ditangani langsung oleh orang asli Betawi, menghasilkan rasa yang tak berubah dari waktu ke waktu.

Rasa gurih dipadukan dengan kinca atau ‘gula jawa’ membuat putu mayang berhasil menjadi takjil wajib bagi Khoirudin.

“Makanan ini dibuat oleh keahlian warisan orang Betawi zaman dahulu. Ini kue tidak dijual di pinggir jalan. Dibuat dengan tepung beras dan santan, lalu di kukus. Makannya dicampur gula merah. Itu nikmatnya luar biasa dan saya sangat suka itu. Menu wajib saat buka puasa,” ungkap Khoirudin.

Khoirudin mengaku mulai menyukai putu mayang sejak ia kecil. Kudapan ini ternyata spesial di dalam keluarga Khoirudin.

Bahkan, putu mayang hanya ada di momentum tertentu, serta diberikan sebagai tanda penghormatan dan kasih sayang.

“Dulu putu mayang adalah makanan spesial, biasanya untuk hantaran dari menantu kepda mertua, dari anak untuk orang tua di acara tertentu sebagai tanda penghormatan saat berkunjung,” ungkap dia.

Khoirudin pun menyayangkan, saat ini banyak yang menjual putu mayang namun tidak sesuai resep asli ciri khas Betawi. Sehingga membuat cita rasa saat disajikan pun sangat jauh berbeda.

“Sekarang sudah jarang, ada yang jual putu mayangnya terbuat dari sagu dan terigu. Itu beda. Warna aslinya hanya merah dan putih. Tidak ada warna lain seperti yang banyak dijual,” tutur dia. (DDJP/gie)