Wahyu Dewanto berhasil melenggang di DPRD Provinsi DKI Jakarta setelah meraup 13.373 suara melalui Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Perolehan suara tersebut berhasil didapat Wahyu di Daerah Pemilihan (Dapil) 8 yang meliputi Kecamatan Tebet, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Pancoran dan Jagakarsa.
Siapa sangka pria kelahiran 1979 tersebut tertarik dengan dunia politik berawal dari banjir yang melanda Jakarta pada 2007 silam. Ia merupakan salah satu korban banjir.
Bahkan, dampak banjir tidak hanya mengganggu aktivitas dan lingkungan rumahnya, tapi juga membuat bisnis yang dikelolanya merugi. “Tapi banjir datang terus. Usaha perbaikan menjadi sia-sia,” ungkap dia.
Ia menyayangkan komunikasi pemerintah dan tokoh politik seolah tak mampu mengurangi banjir dan genangan di Jakarta.
Dengan tekad yang kuat, di tahun 2014, ia memutuskan bergabung dengan Partai Hanura agar suaranya didengar pemerintah.
Tak lama kemudian, ia memutuskan pindah ke Partai Gerindra yang dinilai memiliki visi dan misi sejalan dengan dirinya.
Sebagai wakil rakyat di bawah bendera Partai Gerindra, Wahyu konsisten memperjuangkan agar Jakarta bebas banjir. Dengan harapan tidak ada lagi dampak yang dirasakan masyarakat.
“Banjir Jakarta membuat semua berantakan. Bisnis merugi, kesehatan dan ekonomi warga pun rusak. Lingkungan menjadi kumuh. Sampah yang dibawa air kali menggenang, tersebar di mana-mana,” ungkap dia.
Hal tersebut juga terlihat saat Wahyu mendesak Pemprov DKI Jakarta melanjutkan pemasangan turap kali di Jalan Salak Putih, Ciganjur, Jakarta Selatan, guna mencegah banjir saat musim hujan seperti saat ini.
“Tolong dicatat ada di Jalan Salak Putih RT 05/RW 02 Kelurahan Ciganjur di situ ada pengerjaan pemasangan turap kali yang belum selesai sampai sekarang,” ungkap dia saat melakukan interupsi dalam Rapat Paripurna Pengganti Antar Waktu (PAW) di Gedung DPRD Provinsi DKI Jakarta, Senin (8/1).
Menurut dia, Pemprov DKI harus siap mengantisipasi kemungkinan banjir sedini mungkin terutama di kawasan yang rawan banjir. (DDJP/yla/gie)