Transportasi merupakan cara memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Bahkan pada zaman sebelum penggunaan mesin, transportasi juga menggunakan hewan.
Para ahli sepakat bahwa transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Sesuai perkembangan zaman, transportasi menjadi alat yang semakin dibutuhkan.
Bentuk alat transportasi terus mengalami perkembangan. Semakin canggih. Sebab, manusianya pun semakin canggih memikirkan dan menciptakan alat transportasi yang dianggap paling efektif dan efisien.
Seperti di Kota Jakarta, banyak menyimpan sejarah panjang perkembangan alat transportasi. Masyarakat di kota yang kini dikenal semakin modern ini, berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi sudah ada. Seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.
Namun sebelum semua transportasi itu ada, berbagai bentuk transportasi telah dirasakan juga oleh masyarakat dari masa-masa sebelumnya. Seperti Delman, Becak, Trem, Taksi, Oplet, Bemo, Bajaj, Bus Tingkat.
Selanjutnya yakni TransJakarta. Merupakan sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan yang beroperasi sejak 2004 di Jakarta, Indonesia.
Sistem ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio di Bogota, Kolombia. TransJakarta dirancang sebagai moda transportasi massal untuk mendukung aktivitas ibukota yang sangat padat.
Bagi masyarakat Jakarta penumpang bus pasti sudah akrab dengan layanan TransJakarta. Artikel ini akan mengulas sejarah TransJakarta yang sudah jadi salah satu transportasi andalan masyarakat Jakarta selama 20 tahun.
Sebenarnya, ide pembangunan proyek Bus Rapid Transit (BRT) ini sudah muncul sejak tahun 2001. Namun, realisasinya baru dapat dilakukan 3 tahun setelahnya.
Saat diluncurkan, TransJakarta merupakan suatu sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan.
Institute for Transportastion & Development Policy (ITDP) ditunjuk menjadi pihak yang mengiringi proses perencanaan proyek tersebut.
Pada awal kemunculan, Bus TransJakarta dikelola oleh Badan Pengelola TransJakarta Busway. BP TransJakarta Busway merupakan badan non-struktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2003.
Pengelolaan bus Transjakarta berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta sejak 4 Mei 2006.
UPT itu bernaung di bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006.
Pengelolaan Bus TransJakarta kemudian diserahkan ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bernama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) pada 27 Maret 2014.
TransJakarta juga bekerja sama dengan operator bus reguler mulai tahun 2011. PT TransJakarta terus berupaya memperbaiki layanannya dengan mengganti bus-bus reyot dengan armada baru.
Dalam pengoperasiannya, TransJakarta didukung beberapa perusahaan operator yang mengelola armada. Adapun, operator bus tersebut adalah PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM), PT Primajasa Perdanaraya Utama (PP), dan PT Jakarta Mega Trans (JMT).
Termasuk pula PT Eka Sari Lorena (LRN), PT Bianglala Metropolitan (BMP), PT Trans Mayapada Busway (TMB), Perum DAMRI (DMR/DAMRI), Kopaja, Mayasari Bakti, dan Perum PPD.
TransJakarta memiliki sekurang-kurangnya 7 jenis bus yang dioperasikan. Jenis bus yang dapat ditemui di jalan antara lain adalah articulate bus, low entry bus, double decker bus, maxi bus, single bus, medium bus, dan mikrotrans.
Sampai tahun 2020, TransJakarta diketahui mengoperasikan total sebanyak 4.079 bus. Adapun, sebanyak 3.203 bus merupakan milik operator dan sebanyak 876 bus merupakan swakelola.
TransJakarta diketahui memiliki 13 koridor yang beroperasi hingga saat ini. Total, TransJakarta memiliki sekitar 200 jumlah halte. Berdasarkan infografis dari TransJakarta terdapat 3 koridor terpadat layanan TransJakarta yakni koridor 1 (Blok M-Kota), koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit), dan koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni).
Di awal kemunculannya pada Februari 2004, tarif TransJakarta dipatok seharga Rp2.000 saja. Seiring berjalannya waktu, Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2012 memutuskan untuk menaikkan tarif TransJakarta menjadi Rp3.500. Harga ini belum mengalami perubahan hingga saat ini.
Sejak tahun 2013, sistem tiket pada halte TransJakarta menggunakan kartu elektronik sebagai pengganti uang tunai. Penerapan ini dilakukan bertahap.
Hingga akhirnya pada 22 Februari 2015, pembayaran dengan kartu elektronik ini berlaku di seluruh koridor Transjakarta.
Pada 2016, TransJakarta resmi mengoperasikan bus khusus wanita yang berwarna pink. Peluncurannya dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April. Tak hanya bus khusus wanita, TransJakarta juga membuka lowongan untuk sopir bus wanita.
Sejak 2020, TransJakarta juga mulai menerima pembayaran tiket melalui QR Code dari penyedia dompet elektronik. Namun, saat ini pemabayaran baru dapat dilakukan menggunakan dompet elektornik LinkAja dan AstraPay.
Teranyar, TransJakarta diketahui mulai mengoperasikan bus listrik. Kehadiran bus ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas udara ibukota hingga target untuk mencapat Nett Zero Emmision.
Penumpang dapat mencoba layanan baru bus listrik ini pada rute 1N (Tanah Abang-Blok M) dan 1P (Senen-Blok M). (DDJP/df)