Somad, boleh dikata lebih banyak naik kereta api rel listrik ketimbang menggunakan transportasi umum lainnya setiap berangkat dan pulang kerja.
Alasannya, simpel. Ekonomis. Apalagi tempat tinggalnya juga tidak begitu jauh dari stasiun kereta api, Tambun.
Begitu pula tempat kerjanya dekat stasiun Paseban. Dalam perjalanan pulang kerja, ia berkenalan dengan seorang laki-laki yang mengaku bekerja di sebuah perusahaan mapan di Jakarta.
Terjadilah dialog cukup panjang.
“Kerja di bidang apa Bang?” tanya Somad kepada sahabat barunya itu.
“Kebetulan, saya dipercaya di bagian sekretariat perusahaan,” jawab laki-laki itu.
“Enak dong. Pasti gajinya cukup memadai,” kata Somad.
“Soal penghasilan, itu relatif. Bagaimana kita mensyukurinya saja. Intinya, manusia dikasih rejeki sedikit cukup, kalau dikasih banyak malah banyak yang merasa kurang,” jawab laki-laki yang mengaku bernama Syukur yang tinggal di Perumahan Pondok Ungu Permai, Bekasi itu.
“Benar juga kata Abang. Buktinya, mereka yang sudah banyak duit pada korupsi. Berarti mereka tidak menyukuri nikmat Allah,” kata Somad.
“Waah,…….Abang rupanya benar-benar memahami ajaran Rasulullah SAW,” kata laki-laki itu.
“Nggak juga. Cuma sering dengerin ceramah ustaz di masjid dekat rumah dalam kajian ilmu,” jawab Somad berbesar hati.
“Ngomong-ngomong, saya sering ngeliat abang naik KRL dari Bekasi ke Jakarta. Emangnya tinggal di mana?”
“Saya tinggal di BSD,” jawab Somad singkat.
“BSD? Bumi Serpong Damai? Tapi, hampir setiap saat saya ngeliat abang naik KRL dari Bekasi ke Jakarta dan begitu pula sebaliknya,” kata laki-laki itu ingin tahu.
“Bukan Bumi Serpong Damai, tetapi Bekasi Sono Dikit,……. Tambun,” kata Somad sambil mengulum senyum. (DDJP/stw)