Tancap Gas

December 24, 2024 12:01 pm

Suatu hari Pak Mumun mengajak Endun, anaknya yang masih duduk di kelas VI SD dengan mengendarai mobil keliling kota. Tujuannya untuk memberi pelajaran tentang rambu-rambu lalu lintas.

Karena ia tidak mau memberikan pelajaran kepada Endun secara teori, tetapi secara praktik. Begitulah, ia lakukan sejak beberapa hari lalu.

Ia menyetir mobil dan Mumun duduk di sebelahnya. Kalau lampu lalu lintas menyala merah, ia berhenti.

Kalau lampu menyaa hijau, jalan terus. Kalau ada tanda panah ke kiri, ia belok ke kiri. Kalau tanda panah ke kanan, belok kekanan,

Setelah hal itu dilakukan beberapa hari, Pak Mumun merasa cukup dan merasa Endun sudah paham arti rambu-rambu lalu lintas tersebut.

Maka, ia ingin mengetes, apakah Endun sudah mengerti atau belum. Lalu, ia mengajak Endun berkeiling kota.

Ketika sampai di sebuah perempatan, lampu lalu lintas merah, “Lampu merah tandanya apa?” tanya Pak Mumun.

“Harus berhenti, benar kan Be,” jawab Endun.

“ Bagus. Kamu memang anak pintar,” Pak Mumun memuji.

Di perempatan  jalan, ada tanda panah mengarah ke kanan dan Pak Mumun bertanya lagi.

“Rambu lalu lintas itu apa artinya, nak?” tanyanya lagi.

“ Kita harus belok kanan, pak!” jawab Endun.

“ Bagus, kamu memang pintar,” pujinya.

Begitulah seterusnya. Mereka terus berkeliling kota. Setiap ada rambu lalu lintas, Pak Mumun selalu bertanya kepada Endun, dan Endun selalu menjawabnya.

Sampai di simpang empat yang lampunya sedang menyala kuning, si bapak bertanya, ”Nah, lampu kuning itu artinya apa Nak?”

“Tancap gas,” jawab Endun dengan tegas. (stw)