Persoalan sampah di Jakarta tak kunjung rampung. Bahkan dalam sehari, Jakarta mampu menghasilkan hingga 8.000 ton sampah dan menyebabkan gunungan di Bantargebang semakin tinggi.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Judistira Hermawan menilai, tumpukan sampah bisa ditekan apabila dikelola setiap hari memakai mesin canggih dengan metode Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant.
Pasalnya, RDF Plant Rorotan milik Pemprov DKI mampu mengelola sampah hingga 2.500 ton sehari. Karena itu, ia mengaku optimistis jika ada penambahan RDF, maka dapat mengurangi sampah yang dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Yudistira Hermawan. (dok.DDJP)
“Saya kira kita perlu menambah RDF, salah satunya untuk Jakarta Barat. Menurut saya Road Map pengelolaan sampah sudah bisa kita petakan dan ke depan pengelolaan sampah di Jakarta Insyaallah bisa lebih baik dan tertata,” ujar Judistira, Selasa (4/3).
Ia berharap, penambahan RDF Plant yang menggunakan metode mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batubara, dapat menjadi salah satu solusi kelebihan kapasitas TPST Bantargebang.
“Kami ingin ke depan mengurangi beban Bantargebang, karena sudah hampir tidak bisa menampung lagi kiriman sampah. Selain biaya pengangkutan, cost-nya juga tinggi,” ungkap Judistira.
Ia juga mengimbau agar Pemprov memiliki meningkatkan kualitas RDF Plant. Misalnya, selama pengolahan tidak menimbulkan bau yang mengganggu warga sekitar.
Sebab RDF Plant Rorotan saat ini dikeluhkan warga karena merasa terganggu akibat adanya bau tak sedap yang dikeluarkan dari cerobong asap pembuangan.
“Saat ini kami nilai ideal adalah RDF, yang saat ini sedang disempurnakan agar tidak bau dan sebagainya. Nah ini harus dikelola dengan baik dan tentu kita berharap dengan pengelolaan yang baik, kedepan Jakarta lebih sehat dan bersih,” tandas Judistira. (gie/df)