Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ali Lubis mengusulkan agar taman di Jakarta dibuka sampai pukul 24.00 WIB.
Jika taman dibuka selama 24 jam, nilai Ali, justru akan rentan kerawanan, khususnya bagi perempuan dan anak-anak.
Lewat dari pukul 24.00, kata politisi Partai Gerindra itu, rawan tindak kejahatan. Mulai dari begal, perampokan, geng motor, dan kriminalitas lainnya.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ali Lubis. (dok.DDJP)
Meski demikian, Ali mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka taman kota hingga malam.
Menurut dia, kebijakan tersebut sangat bagus dan perlu didukung penuh sebuah upaya untuk menyediakan tempat hiburan gratis bagi masyarakat Jakarta.
“Tapi untuk waktu operasi selama 24 jam saya pikir kurang tepat, lebih baik jika hanya sampai pukul 24.00 saja,” kata Ali saat dihubungi, Selasa (20/5).
Pemprov DKI Jakarta juga perlu meminimalisasi tindak kejahatan dan memastikan keamanan para pengunjung.
Ali mengimbau Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta mempersiapkan segala sesuatunya secara maksimal dan serius demi keselamatan masyarakat Jakarta yang berkunjung ke taman.
Di antaranya, menambah Closed Circuit Television (CCTV) hingga lampu di sekitar taman kota yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jakarta.
Hal tersebut untuk memberikan jaminan rasa aman dan nyaman selama berkunjung di taman.
Selain itu, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta juga perlu menyiapkan tempat sampah dan petugas kebersihan.
Hal itu untuk menunjang kenyamanan masyarakat yang berkunjung di taman.
“Saya pikir, Pemprov jakarta perlu bekerja sama dengan pihak kepolisian ya dalam melakukan patroli di sekitar taman yang buka sampe malam tersebut,” tambah dia.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membuka lima taman di Jakarta yang dibuka selama 24 jam dari sepuluh taman yang direncanakan.
Kelima taman yang secara resmi dibuka 24 jam yaitu, Taman Lapangan Banteng di Jakarta Pusat dan Taman Menteng di Jakarta Pusat.
Kemudian, Taman Langsat di Jakarta Selatan, Taman Ayodya di Jakarta Selatan, dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu di Jakarta Selatan. (yla/df)