Rekomendasi Komisi B DPRD DKI Jakarta yang mendorong Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) fokus pengembangan produk wisata. Yakni menciptakan dan mengomersialisasi suvenir khas Jakarta. Anggota Komisi B Ade Suherman mendukung rekomendasi tersebut.
Menurut dia, sangat strategis memperkuat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat.
Pengembangan suvenir khas Jakarta memperbanyak jenis produk. Namun harus memastikan setiap pengembangan produk punya nilai ekonomi yang kuat. Termasuk daya tarik budaya serta peluang pasar yang nyata.
Produk-produk tersebut, lanjut Ade, harus mampu menjadi identitas Kota Jakarta. Sekaligus membuka kesempatan kerja baru bagi pelaku UMKM dan perajin lokal. “Saya mendukung penuh,” ujar dia, Senin (3/11).
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Ade Suherman. (dok.DDJP)
Akan tetapi, Ade memberikan catatan penting terkait kondisi fiskal daerah. Dalam Ranperda tentang APBD 2026, Pemprov DKI menyesuaikan anggaran. Semula disepakati sebesar Rp95,3 triliun menjadi Rp81,3 triliun.
Penurunan itu terjadi akibat adanya pemangkasan Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat ke daerah. Berdampak langsung pada ruang fiskal daerah.
Pengetatan anggaran itu membuat Pemprov DKI harus menerapkan prinsip efisiensi dan prioritisasi program.
Ade menegaskan, alokasi setiap kegiatan dan anggaran mengarah pada hal yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
“Dalam situasi anggaran yang lebih ketat ini, efisiensi dan prioritisasi menjadi kunci,” tutur dia.
Karena itu, Ade ingin memastikan rancangan program tersebut memiliki nilai ekonomi riil. Tak boleh berorientasi peningkatan kuantitas. Perlu strategi matang menghasilkan nilai tambah ekonomi.
Sehingga memperkuat karakter Budaya Jakarta yang khas, terutama Budaya Betawi. “Menciptakan lapangan kerja dan melestarikan identitas Budaya Betawi yang autentik,” tandas dia.
Ade berharap, Dinas Parekraf kolaborasi dengan pelaku industri kreatif lokal, komunitas budaya, serta kalangan akademisi.
Tujuannya, mengembangkan konsep dan desain produk yang inovatif. Keterlibatan berbagai pihak akan memperkaya ide, memperkuat kualitas, dan memperluas jangkauan pasar produk wisata Jakarta.
Promosi dan pemasaran digital juga sangat penting. Meningkatkan daya saing produk lokal di tengah persaingan industri kreatif nasional dan global.
Dengan begitu, Jakarta dapat memiliki produk wisata unggulan tak hanya bersifat simbolis. Melainkan bermanfaat ekonomi bagi masyarakat luas. Menjaga warisan Budaya Betawi tetap hidup dan relevan di era modern.
“Hal Terpenting tentunya dukungan promosi dan jejaring Disparekraf. Berkolaborasi memfasilitasi UMKM untuk berpartisipasi dalam berbagai pameran dan expo,” tukas Ade. (yla/df)