Di tengah kesibukannya sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sholikhah tak lupa juga perannya sebagai Ibu dari ketujuh anaknya. Ia pun membagikan ceritanya tentang cara membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Menurut dia, semua bisa berjalan baik apabila seseorang memiliki manajemen waktu. Sehingga ia mengaku tak kesulitan karena sejak awal sudah memiliki komitmen dalam membagi waktu dengan keluarga ditengah kesibukannya yang padat.
“Saya punya anak tujuh dan cucu enam. Untuk menjadi seorang publik (tokoh masyarakat -red) harus punya manajemen waktu! Harus bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga,” ungkap dia saat ditemui, Senin (13/5).
Meskipun mengemban banyak tugas dan permintaan masyarakat yang harus dipenuhi, Sholikhah meluangkan waktu satu kali dalam sebulan untuk berkumpul bersama keluarga di kediamannya.
“Saya bikin aturan sebulan sekali kumpul anak cucu semua. Pesan makanan, kita makan bareng-bareng dan saling bercerita tentang kesibukan pekerjaan, sekolah, dan hal lainnya,” tutur dia.
Bahkan, ia menyempatkan waktu untuk bergilir mengunjungi ketiga anaknya yang sudah berkeluarga untuk sekedar bermain bersama cucu.
“Nanti beberapa bulan saya giliran mengunjungi anak yang sudah berkeluarga. Ada tiga yang sudah berkeluarga untuk melihat kondisi mereka,” ungkap Sholikhah.
Sementara, untuk meningkatkan ikatan emosional (bonding) dengan seluruh keluarga, ia kompak membuat jadwal berlibur minimal satu tahun sekali. Sebab tak semua bisa berkumpul dengan formasi lengkap setiap bulannya.
“Memang komunikasi tidak harus ketemu, lewat video call juga bisa. Tapi liburan harus ada. Seluruh keluarga ada setahun sekali kita rencanakan,” tutur dia.
Sesekali ia membuat masakan khas yang disukai mendiang almarhum suaminya, yakni nasi kebuli kambing untuk disantap saat berkumpul.
Ia teringat, dulu saat almarhum suaminya bertambah usia, nasi kebuli kambing menjadi makanan wajib yang harus selalu ada.
“Suami kalau lagi ulang tahun mesti minta bikinin nasi kebuli. Karena nasi kebuli saya katanya paling enak. Suami ngajar di SMA Hangtuah, jadi saya bikin berpuluh liter untuk dibagi ke rekan kerjanya,” cerita Sholikhah.
Resep nasi kebuli kambing lengkap dengan kismis, kacang mede, dan rasa rempahnya yang kuat, ia dapatkan saat pesantren di Jawa Timur.
“Saya lahir di Mojokerto, kota kecil di Surabaya. Besar di Jakarta. SMA pesantren di Jawa Timur dan banyak orang arab. Dari situ saya belajar bikin nasi kebuli,” tandas Sholikhah. (DDJP/gie/rul)