Dalam kitab suci Alquran disebutkan, puasa sudah dilakukan jauh sebelum umat Nabi Muhammad SAW. Puasa selain bertujuan meningkatkan ketakwaan, juga kesehatan. Tiga bapak pengobatan abad lampau Hippocrates, Galeo, dan Paracealasuys, jauh-jauh hari sudah menyebutkan puasa adalah obat.
Ahli terapi puasa Jerman, Dr Otto Buchinger mengatakan, puasa adalah metode pengobatan biologis yang efektif dan menggambarkannya sebagai ‘operasi tanpa operasi’. Dia menyebut manfaat puasa bagi kesehatan, antara lain untuk mengatasi alergi, penyakit kardiovaskular, penyakit pada sistem pencernaan, glaukoma, degeneratif, dan penyakit inflamasi yang menyakitkan pada sendi, kerusakan awal ginjal, ketegangan dan sakit kepala, serta penyakit kulit.
Kris Gunnars, peneliti nutrisi menyebut, puasa memiliki manfaat yang kuat untuk tubuh dan otak. “Tidak makan untuk jangka pendek membuat beberapa hal terjadi dalam tubuh kita. Tingkat insulin dalam darah menurun secara signifikan memfasilitasi pembakaran lemak,” kata dia.
Puasa juga disebutnya membantu proses perbaikan sel yang melibatkan pembuangan limbah dari sel. Ini juga meningkatkan kadar hormon pertumbuhan dalam darah sebanyak lima kali lipat yang menginduksi pembakaran lemak dan penguatan otot. Sesuai dengan temuannya, puasa membantu menurunkan berat badan dan lemak perut.
Studi ilmiah mengungkapkan bahwa puasa memperkuat tindakan hormon untuk memfasilitasi penurunan berat badan. Kadar insulin yang lebih rendah dan peningkatan jumlah noradrenalin meningkatkan pemecahan lemak tubuh yang digunakan sebagai energi.
Menurut tinjauan literatur ilmiah tahun 2014, puasa interrmiten dapat menyebabkan penurunan berat badan 3 sampai 8 persen selama 3 sampai 24 minggu yang merupakan jumlah yang sangat besar. Juga ditemukan bahwa orang kehilangan 4-7 persen lingkar pinggang mereka, yang menunjukkan bahwa mereka kehilangan banyak lemak di rongga perut yang dapat membahayakan kesehatan.
Sementara seorang profesor endokrinologi terkenal, Dr Fereidoun Azizi menyebutkan bahwa puasa memiliki dampak pada fungsi kardiovaskular. Meskipun bradikardia dan hipotensi dapat terjadi selama puasa yang berkepanjangan, namun denyut jantung dan tekanan darah tetap normal selama puasa dan setiap penyimpanan dari fungsi normal tidak terlihat.
Hal yang juga ditemukan pada puasa intermiten adalah berkurangnya resistensi insulin, dan karenanya menurunkan risiko penyakit diabetes tipe 2 yang sangat umum pada hari ini. “Menariknya, puasa intermiten telah terbukti memiliki manfaat besar untuk resistensi insulin dan mengarah pada penurunan kadar kadar gula darah yang mengesankan,” kata dia.
Dalam uji coba pada manusia terkait puasa intermiten, gula darah selama puasa menurun 3-6 persen, sementara insulin selama puasa telah berkurang 20-31 persen. Satu studi pada tikus diabetes juga menunjukkan bahwa puasa intermiten melindunginya dari kerusakan ginjal, salah satu komplikasi diabetes yang paling parah.
Selain itu, puasa juga mengurangi stress oksidatif dan peradangan di dalam tubuh. Inilah antara lain yang membuat Dr Jason Fung, seorang nephrologist (spesialis ginjal) dalam bukunya, The Complete Guide to Fasting; Heal Your Body Trought Intermitent, Alternate-day and Extended Fasting merekomendasikan puasa pada pasien diabetes dan ginjal. (DDJP/stw/rul)