Sisa-Sisa Landmark Betawi (2-Habis)

June 27, 2024 2:01 pm

Untuk merayakan HUT ke-497 Kota Jakarta pada 22 Juni 2024, Pemprov DKI Jakarta menggelar berbagai kegiatan di Silang Monas. Kegiatan tersebut antara lain festival kreatif dan tradisional sampai ‘Jakarta Berjaga’, pagelaran seni budaya Betawi, pameran makanan khas Betawi dan lain sebagainya.

Berbagai kegiatan tersebut bertujuan melestarikan sekaligus memperkenalkan Budaya Betawi kepada generasi masa kini. Selain itu, sejumlah kawasan permukiman asli Betawi pun jangan sampai mudah dilupakan. Seperti kawasan permukiman penduduk yang berada di Rawa Belong (Jakarta Barat) dan Marunda (Jakarta Utara).

Kampung Rawa Belong
Hingga kini, Kampung Rawa Belong dikenal sebagai daerah penjual tanaman hias dan bunga. Meskipun berbeda dengan kondisi ratusan tahun silam.

“Dalam berbagai literatur, Rawa Belong terkenal karena di daerah ini terdapat ikon jago silat si Pitung,” ujar Anggota Komisi A DRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Golkar Khotibi Achyar, Senin (24/6/2024).

“Tak heran, Rawa Belong yang berada di wilayah Jakarta Barat itu menjadi salah satu daerah atau kampung yang masih melestarikan budaya Betawi, seperti tradisi mencukur ranbut, aqiqah, mauludan, silat, dan upacara pernikahan,” imbuh Haji Beceng, sapaan akrab putra Betawi asal Cengkareng (Beceng) itu.

Sebagian kecil orang Betawi yang masih bertahan memakai adat Betawi dalam pernikahan, tambah Beceng, dimulai dari kunjungan ke rumah mertua dengan membawa anteran, lamaran, tembakan mercon, lempar-lemparan mercon ke calon menantu hingga pesta pernihakan.

Begitu juga saat menjelang bulan suci Ramadhan, masih mengantarkan anteran (nyorok) , berupa sirup, roti dan kurma. Saat bulan Ramadhan, anteran yang dibawa berupa kue pacar cina dan putumayang.

“Yang menarik, saat ijab kabul, pantun yang diucapkan dengan syair Bahasa Arab. Saat itu juga, masih dikenal nuneng-nuneng yang disewa untuk membujuk calon menantu yang masih menolak jodohnya. Populer dengan sebutan mak comblang,” ungkap Beceng.

Dahulu, Rawa Belong dihuni penduduk asli Betawi dari Kampung Sukabumi Ilir. Pada tahun 1959, pendduknya berjumlah 3.000 jiwa. Pendatang mulai masuk ke Rawa Belong sejak tahun 1972. Berasal dari Mangga Besar, Jakarta Pusat.

Mereka rata-rata masih ada hubungan keluarga. Tetapi, setelah pembangunan jalan aspal dalam proyek Muhammad Husni Thamrin (MHT) pada 1977 dilaksanakan di awasan itu, penduduk dari luar pun mulai berdatangan. Banyak di antaranya dari Padang Sumatera Barat, Arab, Tionghoa, Jawa, Batak, Aceh, Bima, Sunda, dan lain-lainnya.

Selain si Pitung, ada juga legenda Mat Item yang merupakan penduduk Rawa Belong yang memiliki kanuragan yang sangat disegani pada zamannya.

Kampung Marunda

Jika ingin tahu Budaya Betawi, juga bisa melihat apa yang ada di Kampung Marunda, Jakarta Utara. Kampung Marunda dan Rawa Belong merupakan dua lokasi yang berjauhan, namun memiliki sejarah yang sama dengan kisah si Pitung.

Orang Betawi dulu mengaitkan Rawa Belong dan Marunda karena kisah si Pitung. Rawa Belong adalah tempat kelahiran si Pitung, sedangkan Marunda diyakini sebagai peristirahatan terakhirnya.

Jadi, baik Rawa Belong maupun Marunda, punya legenda Betawi dan tentunya ada Budaya Betawi yang bisa dilihat masyarakat luas di kedua tempat tersebut hingga saat ini.

Kampung Marunda, atau lokasi tepatnya di Jalan Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapat sebuah rumah yang dipercaya orang ada hubungannya dengan Si Pitung, seorang jagoan legendaris Betawi di zaman penjajahan Belanda.

Daerah Marunda disebut juga wilayah Kebudayaan Betawi pesisir. Karena, di wilayah itu banyak penduduknya yang mencari nafkah dari hasil laut.

Berada di garis pantai, membuat masyarakat Betawi pesisir mudah berinteraksi dengan para pendatang dari berbagai golongan dan dari beragam budaya.

Termasuk pendatang dari Melayu maupun Arab. Akibat interaksi tersebut, berpengaruh pada kehidupan masyarakat Kampung Marunda. Di antaranya, kesenian merangkai ketupat dari bahan janur berikut seni kuliner mengolah beras menjadi ketupat yang disajikan pada perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Lebaran.

Betawi Pesisir populer sebagai wilayah penghasil ketupat. Sebab kekayaan alamnya yang luar biasa dalam menghasilkan kelapa. Daerah ini dulu memperoleh julukan sebagai Nusa Kelapa.

Kini, Kampung Marunda menjadi salah satu tujuan wisata Jakarta. Khususnya bagi mereka yang ingin melihat bangunan rumah si Pitung dan menikmati suasana laut. (DDJP/stw/df)