Harga beras, minyak goreng, gula dan telor di beberapa kota besar di Jawa dan Sumatera mulai merangkak naik. Ini akan menambah beban hidup masyarakat di lapisan bawah.
“Apalagi bagi buruh harian dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK),” Udin yang selama ini dikenal sebagai sosok yang pendiam memulai buka suara.
“Mestinya, pemerintah kembali membanjiri pasar rakyat dan pasar tradisional dengan beras murah, minyak goreng murah, gula murah dan telor murah. Sudah saatnya sembako murah diberikan kembali kepada orang-orang di lapisan bawah kayak kita-kita ini,” menimpali Jasiman.
“Iya. Pemberian subsidi bisa dilakukan melalui operasi pasar. Sedangkan untuk orang miskin dan sangat miskin, subsidi bisa diberikan dalam bentuk bantuan sosial (Bansos). Sebab tanpa bansos, mereka bisa terancam kelaparan,” Marwan menimpali.
“Tapi, kabar yang kita peroleh belakangan ini, Kementerian Perdagangan, Bulog, pemerintah provinsi, kota dan kabupaten terus memonitor perkembangan pasokan dan harga sembako. Kalau ada tanda-tanda pasokan berkurang dan harga merangkak naik, konon akan cepat membanjiri sembako ke pasar-pasar tradisioal. Sebab, kalau persediaan sembako menipis di pasar rakyat dan pasar trasisional, spekulan biasanya akan bermain dan mengacaukan harga,” kata Solikun yang dikenal pernah punya warung senbako, panjang lebar.
“Lho, kamu bukannya jadi bos warung senbako di Pasar Turi?” tanya Marwan.
“Saya dan teman-teman seprofesi, sekarang ini hanya cuma berdoa dan berdoa. Mudah-mudahan diberi kekuatan batin dan kekuatan iman,” jawab Solikun.
“Lho,kenapa? Kan usaha anda sempat moncer?” tanya Jasiman.
“Dulu iya. Sekarang sembako?” jawab Solikun sambil mengusap air mata.
“Sembako? Maksud kamu apa?” tanya mereka hampir serempak.
“Iya. Sembako. Semuanya bakal kolaps karena tergerus iklim perekonmian yang tidak keruan seperti sekarang ini,” jawab Solikun datar. (DDJP/stw)