Dalam peta Kota Batavia Lama, tampak jelas bahwa jalan-jalan di dalam kota tertutup ini dibangun lebar dan lurus, saling menyilang dengan siku-siku yang tajam.
Seperti halnya dengan nama benteng kota, penggunaan nama jalan di dalam Kota Batavia pun semuanya berbau kolonial.
Jalan utama Batavia dulu namanya Prinsenstraat, (kini Jl. Cengkeh). Jalan utama ini menghubungkan Kastil Batavia di sekitar Jl Tongkol sekarang, di pesisir laut Jawa dengan Stadhuis atau balaikota yang kini menjadi Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta.
Di depan Nieuw Poort atau Pintu Gerbang Baru yang berada di tembok kota sebelah selatan, terbentang lurus ke utara Niewpoortstraaat (Jl. Pintu Besar Utara sekarang).
Jalan ini kemudian bersambung ke utara dengan Heerenstraat dan bersambung ke utara lagi dengan Theewarterstraat (sekarang Jl Teh).
Pada ujung paling selatan Jl. Kali Besar Timur, dulu terdapat Hospitalstraat, kemudian berubah menjadi Bank Straat, yang kini menjadi Jl.Bank. Letaknya antara eks Bank Eksim dan gedung eks Bank Dagang Negara.
Disebut Hospitalstraat, karena di lokasi yang kini berdiri gedung Bank Indonesia ini dulu pernah berdiri Rumah Sakit dalam Kota (Binnen Hospitals).
Di sebelah barat Kali Besar Barat yang merupakan Kota Batavia sebelah barat, terbentang de West Kali Besar.
Letaknya di tepi barat Kali Besar, Beberapa jalan utama lainnya antara lain de Jonker’s straat (kini Jl. Roa Malaka Utara), dan de Uytrechtstraat, sekitar Jl. Kopi sekarang.
Jalan-jalan di dalam kota, dibangun pula di pinggir-pinggir kanal atau terusan yang cukup banyak mengalir di dalam Kota Batavia yang dibangun lurus dan saling berpotongan tegak lurus lengkap dengan jembatan-jembatan di setiap perempatannya.
Terusan-terusan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana lalu lintas air di dalam kota, tetapi juga sebagai pengendali banjir saat Sungai Ciliwung meluap.
Namun saat ini, hampir semua kanal atau terusan itu telah lama ditimbun tanah dan sebagian sudah berubah menjadi nama jalan.
Di Kota Batavia sebelah timur misalnya, Jl. Lada yang kita kenal sekarang, dulu merupakan sebuah terusan dengan nama Tijgersgracht atau Terusan Macan.
Di depan Kastil Batavia, mengalir sebuah kanal bernama Amsterdamschegracht (kini Jl.Nelayan Timur) Di sebelah selatan Groenegracht, mengalir de Leeuwinnengracht, sekitar Jl. Kunir dan Jl. Kali Besar Timur III sekarang.
Kanal ini sama panjangnya dengan Amsterdamschegracht yang terbentang dari tepi timur Ciliwung memotong lurus Jl. Kemukus sekarang, membentang dari utara ke selatan dekat tembok luar kota sebelah timur.
Tijgersgracht membentang dari utara ke selatan atau sekitar Jl.Lada dan Jl.Pos Kota saat ini, searah dengan aliran kali Besar (De Groote Rivier) dan Kaimansgracht.
Sebuah terusan kecil lainnya, yaitu Mallebaresgracht, berada di antara Kaaimansgracht dan Tijgergracht, atau sekitar Jl. Ketumbar sekarang.
Di Kota Batavia sebelah barat, searah dengan Amsterdamschegracht, mengalir de Maleidschegracht atau sekitar Jl. Nelayan Barat sekarang.
Di kawasan Jl. Roa Malaka sekarang, dulu terdapat terusan beranam Roea Mallacca dan de Jonker’sgracht, kini menjadi Jl. Roa Malaka Utara dan Roa Malaka Selatan.
Di sebelah baratnya, dari selatan ke utara ada terusan Rincarnagracht atau sekitar Jl. Tiang Bendera saat ini. Di sebelah utaranya, mengalir Moorschegracht atau sekitar Jl. Sumur sekarang.
Pembangunan Kota Batavia secara teratur, bermotifkan penghematan, memudahkan arus lalu lintas secara mudah dan baik.
Di samping itu, dari segi keamanan, kota mudah diawasi dan dibersihkan dari unsur-unsur yang mengganggu keamanan dan kebersihan kota.
Perencanaan tata Kota Batavia, yang khas Belanda ini didukung pula oleh penempatan ruang kota sesuai tujuan dan fungsinya.
Balaikota (Stadhuis) berada pada sebuah poros menuju Kastil Batavia di pesisir Laut Jawa. Jalan utama dalam Kota Batavia yang menghubungkan Stadhuis dengan Kastil Batavia dulu Bernama Prinsenstraat, kini Jl. Cengkeh dan Jl. Tongkol.
Sebelah barat Kastil Batavia merupakan areal pergudangan dan perbengkelan. Lokasi sepanjang Kali Besar merupakan Central Bussiness District atau Pusat Perdagangan Besar dan Industri Batavia.
De Utrechtsestraat, kini Jl. Kopi dan Niewpoortstraat, kini Pintu Besar Utara adalah daerah pusat pertokoan.
Di tepian kanal-kanal atau terusan, dibangun gedung-gedung ala Belanda yang terbuat dari susunan batu bata yang dibawa oleh armada VOC (Kompeni) dari negerinya, sebagai alat penyeimbang dan pemberat kapal-kapal layar VOC.
Rumah-rumah tempat tinggal dibangun bertingkat dua atau tiga, dan saling berhimpitan. Kawasan sepanjang Tijgersgracht (sekitar Jl. Lada dan Jl.Pos Kota sekarang) merupakan daerah permukiman elit Belanda.
Di usia ke-484 Kota Jakarta saat ini, situasi di daerah ini sudah berubah 360 derajat, menjadi pusat kemacetan lalu lintas. (DDJP/stw)