Secara etimologi, puasa berarti menahan. Baik menahan makan, minum, bicara, dan perbuatan. Seperti yang ditunjukkan firman Allah, Surat Maryam ayat 26.
Sedangkan secara terminologi, puasa berarti menahan dari hal-hal yang membatalkan dengan disertai niat berpuasa.
Sebagian ulama mendefinisikan, puasa sebagai menahan nafsu perut dan alat kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari.
“Tujuan puasa adalah ibadah yang pelaksanaannya menuntut keimanan dan kesadaran. Ibadah puasa adalah untuk manusia itu sendiri. Allah menegaskan, tujuan puasa adalah untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Puasa akan menjadikan manusia berubah dari tingkat mukmin menjadi muttaqin,” urai Al Udstaz KH Muhamamad Syahri Sholeh kepada jamaah Masjid Jami Ikhlasiyah Ispensyah Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, usai Shalat Subuh, Minggu (10/4/2022).
Untuk berubah ke arah dan bentuk yang lebih baik, tambah dia, bukan hanya manusia yang berpuasa. Sebagian binatang pun ketika bermetamorfosa ( merobah wujud) juga berpuasa.
Seperti halnya kupu-kupu yang berubah dari ulat yang bentuk dan rupanya jelek dan menjijikkan saat berjalan melata menjadi seekor kupu-kupu yang bersayap dan berwarna indah serta bisa terbang karena berpuasa.
Sebelum turunnya perintah wajib puasa di bulan Ramadhan pada tahun kedua Hijriyah, umat terdahulu sudah menjalankan puasa.
Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya serta kaum Muslimin melaksanakan puasa pada setiap tanggal 13-14-dan 15 bulan-bulan Qomariyah.
Selain itu, mereka juga biasa berpuasa tanggal 10 Muharram, sampai datang perintah puasa wajib di bulan Ramadhan.
Rasulullah juga terbiasa berpuasa pada hari Asyura. Bahkan, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk juga berpuasa pada hari itu.
Dijabarkan pula, ada beberapa bentuk puasa yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Yaitu puasanya orang-orang sufi.
Mereka puasa setiap hari. Ada puasa bicara yang dipraktikkan oleh kaum Yahudi. Itu dikisahkan Allah dalam Alquran Surat Maryam ayat 26.
Ada puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi.
“Kewajiban puasa dalam Islam, yang ada aturan dan waktunya, sehingga tidak terlalu memberatkan umatnya. Namun, juga tidak terlalu longgar, sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Kewajiban puasa dalam Islam yaitu puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan memiliki hikmah yang dalam. Yaitu merealisasikan ketakwaan kepada Allah SWT. Ini tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 183,” urai Ustaz Syahri. (DDJP/stw)