Sedang Diusahakan

December 11, 2024 11:02 am

Masyarakat Jakarta dan sekitarnya banyak yang suka jalan-jalan ke kawasan Tugu Monumen Nasional (Monas).

Bahkan tak jarang berdatangan dari luar Kota Jakarta untuk mengagumi bangunan Tugu Monas.

Mereka duduk-duduk di seputar Lapangan Merdeka sambil memandangi Tugu Monas yang tingginya 100 meter.

“Ditambah lagi dengan lidah api yang terbuat dari emas 35 kilogram,” kata Lasmin.

Memandangi emas di puncak Tugu Monas itu membuat banyak orang berkhayal. “Alangkah enaknya jika emas sebanyak itu bisa mereka bawa pulang,” menimpali Abidin.

“Bagaimana ya, kalau Monas itu roboh dan kita bisa berebut mengambil emasnya. Dengan emas sebanyak itu, kita bisa hidup tujuh turunan dengan enak,” kata Rebin.

Di lain tempat, terdapat seorang pemuda bernama Momon. Nama sebenarnya sih Sutarmono. Tetapi, karena ibunya mengajar Bahasa Inggris dan dia dilahirkan pada hari Senin Pon, (Monday Pon), ibunya memberi panggilan akrab Momon.

Lalu, apa hubungannya dengan emas Monas? Karena Momon paling berilusi bisa membawa pulang emas untuk diserahkan pada Suryani yang dicintainya, meski bertepuk sebelah tangan.

Ceritanya, Momon yang hanya tamatan SD dan tampangnya juga jauh dari ngganteng punya selera tinggi perihal wanita yang akan dinikahinya.

Dia berangan-angan bisa mendapatkan calon istri yang cantik dan kaya. Wanita yang menurut Momon memenuhi syarat itu adalah Suryani, anak juragan beras di kampungnya.

Sayangnya, Suryani menampik cinta Momon. Surat-surat cintanya kepada Suryani tak pernah dibalas.

Akhirnya, untuk menjerakan Momon, Suryani membalas surat Momon yang terakhir. Salah satu kalimatnya berbunyi.

“Kalau memang Abang mau sama saya, tolonglah Abang bawain saya emas yang ada di puncak Monas seutuhnya. Jangan sampai kurang satu gram pun”.

Dengan gembira Momon menerima surat itu dan membalasnya. “Suryani sayang yang Abang cintai. Permintaan Suryani sedang aku usahakan”.

Dan sejak saat itu, Momon sering mondar-mandir di sekitar Taman Merdeka sambil memandangi emas di puncak Tugu Monas.

Suatu hari, ia berpapasan dengan Suryani dan ibunya. Suryani pura-pura tidak melihatnya, tetapi mendengar suaranya.

“Suryani, tunggu ya. Sedang Abang usahain”.(stw)