‘Sale-Sale Kate, Maafin Aye’

March 6, 2024 9:02 am

Tidak tahu asal-usulya, Mak Erot marah-marah kepada Bang Enjun. Tahu berita dari mana, tahu-tahu Mak Erot menuduh Bang Enjun mencuri barang-barang elektronik di rumahnya.

Karuan saja Bang Enjun tidak terima, sampai-sampai isterinya ikut-ikutan sewot. “Enak saja menuduh suami saya nyolong. Bang Enjun baru saja pulang dari kampug mengantar bini mudanya. Lagian, Mak Erot kira-kira dong kalau menuduh orang. Segila-gilanya suami saya, pantang menjalani pekerjaan seperti itu. Haram hukumya !” kata Mpok Senun kepada Mak Erot.

“Eeeh,Nun. Kalau orang lagi kilaf bisa saja kejadian. Lihat tuh si Oding. Tampang sih santri, nggak tahunya nyikat milik orang,” kata Mak Erot sewot.

“Oding kan bukan Bang Enjun, Mak. Lain Oding, lain Enjun. Terus terang, saya tidak terima tuduhan membabi buta seperti itu. Kalau nggak percaya geledah noh rumah saya,” kata Mpok Senun.

Ribut-ribut antara keluarga Mak Erot dengan keluarga Mpok Senun jadi berkepanjangan. Sampai-sampai Jonggol, anak tetangga pengin melaporkan kejadian tersebut kepada Bang Solikin yang menjadi Ketua Dewan Kelurahan.

Apalagi jauh-jauh hari Bang Solikin juga bilang, manakala ada masalah apapun di lingkungan kampung, sekarang sudah ada tempatnya mengadu. Tempat menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.

Jika Jonggol melaporkan kejadian tersebut, langkahnya dianggap sudah sesuai dengan porsi dan prosedurnya. “Baru juga memulai ibadah puasa. Kenapa sih ribut-ribut sama tetangga. Malu dong sama tetangga lain,” kata Solikin.

“Tapi bagaimana Bang. Abang kan menjadi wakil rakyat. Saya percaya, Abang bisa mengatasi permasalahan ini,”kata Jonggol.

“Aaah….. Sebenarnya ini kan masalah kecil. Kalau satu sama lainnya saling menyadari dan saling bisa mengerem emosi, masalahnya akan bisa diatasi. Ini kan sama-aama ngotot. Kan sudah pada tue, kenapa sih ribut-ribut,” kata Bang Solikin.

“Kayak abang tidak tahu Mak Erot saja. Dia itu orangnya ngeyel. Nggak mau mengalah. Demikian pula Mpok Senun. Sama-sama ngeyelnya,” tandas dia.

Sebagai aparat, Bang Solikin harus turun tangan agar keduanya tidak bertambah runyam. Dengan sikap rada ogah-ogahan, Bang Solikin bangun dari kursi malasnya. Karena hari itu ia lagi terserang diare.

“Tuh…..tuh…..Si muke gile lagi nyap-nyap. Sama orang tua, kok berani-beraninya marah-marahi orang tua. Mulutnya ngablak seperti burung cabak. Memangnya saya ini diangg apa?” kata Mak Ero nyerocos seperti lokomotif uap.

“Mak Erot kan sudah tua.Mestinya Emak bisa ngemong. Kok masih saja selisih paham sama Mpok Senun. Malu dong Mak, didengar tetangga. Saya, sebagai keponakan Cuma ingin ikut menjaga nama baik Emak,” kata Solikin.

“Kalau kamu pengin menjaga nama baik saya, mestinya kamu bisa mengatasi masalah ini. Bukan kebalikannnya, mojokin emak. Kamu katanya sekarang sudah menjadi pejabat, mestinya kamu manfaatkan jabatan itu belain sya,” kata Mak Erot.

“Mak, kalau orang memperoleh kepercayaan seperti saya, lalu dipakai untuk mebela perbuatan yang tidak benar, lantas bagaimaa wibawa saya di mata masyarakat? Apa sih masalah sebenarnya ? Ini menjelang bulan suci Ramadhan, seharusnya kita ciptakan suasana damai. Saling maaf memaafkan,” kata Solikin.

“Assallamu allaikum,” tiba-tiba Boim, anak bungsu Mak Erot muncul sambil membawa mini compo.

“Eeeh,…. kamu, Im. Dari mana saja. Kok bawa-bawa mini como segala,?” kata Solikin.

“Orang kata nyobain kaset si Diding. Eeh,….waktu saya ke rumah,Nyak lagi tidur pulas. Dari pada saya megganggu tidur Enyak, saya bawa saja componya tanpa seijin Enyak,” tutur dia.

Mak Erot jadi blingsatan. Dia menuduh si Enjun, suami Mpok Senun yang nyolong mini componya. Ternyata, Boim, anak bungsunya yang mengambilnya..Saking menahan malu, Mak Erot jalan mondar-mandir kesana kemari.

“Nyak, kenapa sih mondar-mandir kayak orang kebingungan? tanya Boim.

Belum menjawab pertanyaan Boim, Bang Enjun dan Mpok Senun lewat. Mereka mengerling ke arah Mak Erot. Solikin akhirnya berinisiatif untuk menyelesaikan pemasalahan.

“Enjun, Senun, salah-salah kata, mmaafin saya danEncing Erot. Kan sebentar lagi bula suci Ramadhan. Sale-sale kate, maafin aye,” kata Mak Erot dengan Logat Betawi sambil menyalami mereka. (DDJP/stw)