Sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Jumingan dikenal proaktif membantu aparat kepolisian dalam menjaga tata tertib wilayah Ibukota Jakarta.
Termasuk menangani masalah peredaran narkoba dan sejenisnya. Sudah banyak laporannya tentang bisnis haram anak-anak muda belakangan ini terbongkar.
Termasuk praktik LGBT dan tuna susila di Taman Viaduct Jatinegara, Jakarta Timur. Bisnis barang-barang haram yang dimaksud antara lain obat-obat terlarang, ganja, putauw, dan sebagainya.
Bahkan, dia juga dikenal sebagai aparat yang lihai menyamar di tengah-tegah bandar narkoba. Sudah beberapa kali ia berhasil menyergap para bandar narkoba di wilayah operasionalnya.
Dia sering menyamar dan berlagak seperti pemakai atau pembeli. Orang juga tidak mengira bahwa dia itu aparat Satpol PP.
Lantaran punya perawakan ceking, rambut gondrong, mata rada-rada sayu kayak pecandu narkoba.
Sejak beberapa hari ini, Jumingan menyerap informasi, Dulloh pengin traktir sabu-sabu kepada teman-temannya di suatu tempat.
Sasaran yang paling dituju adalah kawasan Gunung Sahari, dekat Terminal Bus Senen. Itu sebabnya dia pasang kuping terus, kapan Dulloh berangkat ke lokasi tersebut.
Terus, Jumingan pantau siang dan malam. Ternyata, Dulloh sudah menetapkan hari jam delapan malam.
Dengan gaya khasnya, Jumingan sudah siap sejak sore. Nongkrong di warung Bang Jali. Semua gerak-gerik Dulloh dan teman-temannya tak lepas dari perhatiannya.
Rasa curiga Jumingan semakin menjadi-jadi sejak kemarin sore. Diam-diam dia kontak sahabatnya, si Jendul yang biasa beroperasi bareng sama dia.
“ Jangan sampai molos Dul. Kamu lewat pintu depan, saya dari pitu belakang atau pintu samping,,” kata Jumingan mengatur strategi setelah melihat Dulloh masuk rumah makan di lantai bawah gedung di Jl. Gunung Sahari.
Begitu mereka ketemu, pelayan restoran mempersilakan Jumingan dan Jendul duduk dikursi dan meja sebelah Dulloh Cs.
“Eh,……Bang Jumingan. Suka juga sama sabu-sabu. Silakan Bang, biar saya yag bayar,” kata Dulloh.
“Kamu jangan macem-macem. Mana tuh barang!” tanya Jumingan berbisik di telinga Dulloh.
“Tuh…. Ambil sendiri. Tuh, cara makannya, kayak gitu,” kata Dulloh.
“Itu makanan apaan?” tanya Jumingan sama Jendul hampir bersamaan.
“Itu yang namanya sabu-sabu,” kata Dulloh.
“Oooh, saya kira gituan. Kagak ah…… aku nggak biasa makan makanan seperti gituan,” tukas Jumingan dan Jendol sambil nyengir-nyengir kuda. (DDJP/stw)