Rumput Laut Kamaribu

February 27, 2024 9:32 am

Tumben-tumbenan Suaeb pagi-pagi buta sudah dandan klimis. Rambut gondrongnya disisir dibelah-belah dan dipilin-pilin, persis cacing got keluar dari liangnya.

Apalagi harus dibilang. Lantaran Suaeb juga memelihara rambut panjang yang dikelabang kecil-kecil. Klob benar dengan mukanya yang lonjong, ditambah giginya yang tonggos.

Walau begitu, tidak ada yang usil, lantaran dia menjadi juragan di Kepulauan Seribu. Juragan rumput laut yang tiada tandingannya. Lahannya lebih dari 10 hektar.

Bisa dibayangkan, berapa dia sekali panen meraup untungnya. Karena itu, pantas juga disebut juragan.

“Ngomong-ngomong, rapi amat. Mau kemana Bang,” tanya Titi, bininya.

“Orang kata dapet undangan seminar tentang pengembangan agribisnis di Kamaribu,” kata Suaeb cuek bebek sambil membetulkan letak rambutnya.

Laah..! Agribisnis kok di Kamaribu? Seminar macem apa itu Bang ? Seminar kok pengembangan agribisnis di Kmaribu. Macam panti pijat atawa tempat pelacuran di Kramat Tuggak gitu kali ya,” kata bininya nyerocos.

“Kamu jadi orang bodonya nggak namabh-nambah,” kata Suaeb sambil tertawa.

“Pan Abang udah tahu aye bodoh. Kenapa mau ngambil jadi bini?” kata bininya rada sewot..

“Dooo…… Gitu aja sewot-sewot. Tapi, kalo kamu sewot semakin tambah cakep,” Suaeb menggoda istrinya.

“Ane tahu. Abang mau seminar agribisns Kamaribu kek, kamar bapak kek. Emang gua pikirin,” kata bininya tambah sewot.

“Begini nih, maksudku. Ini undangan seminarnya. Yang dimaksud oleh panitia, mengembangkan agribisnis di Kamaribu itu singkatan dari Kawasan Maritim di Kepulauan Seribu. Yang dibahas, salah satunya usaha kita tentang budidaya rumput laut. Itu siiip kan. Siapa tahu bisa nambahain wawasan dan job kita untuk memasarkan produksi kita,” kata Suaeb.

Istrinya reda ngambeknya. Pelan-pelan dia ikut nyiapin setelan jas suaminya yang sudah rada buluk. Lagaknya kayak pengantin baru. Dia nggelendot di pundak suaminya.

“Beneran kan, Bang seminarnya. Jangan lama-lama. Aku kangen nih. Mulai hari ini, aku sudah bersih,” kata istrinya manja.

“Bujuk buneng. Iya….ya. Itung-itung sudah dua bulan puasa,” kata Suaeb dalam hati.

Menarik juga seminar yang membahas tentang pengembangan agribisnis di Kamarbu yang menitikberatkan pola tatanan ekonmi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Apalagi pembicara kuncinya Pak Bungaran Saragih dan Pak Tongkat Sipayung dari Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Saat ada kesempatan tanya jawab, Suaeb unjuk jari. Dia protes pada orang-orang yang ngaku-ngaku pembina dan petugas penyuluhan pertanian.

Tapi kenyataannya, malahan memeras keringat petani rumput laut. Dia bilang, pengembangan berbagai bentuk konservasi ekonomi maritim, baik secara in-situ mau outnex-situ di kawasan Kamaribu, selain melestarikan kesuburan, perairan, juga mempertahankan bahkan meningkatkan keindahan, kenikmatan, dan kearifan alam.

Apalagi Kepulauan Seribu sudah menjadi Kabupaten Administratif, bisa mengembangkan potensi wisata bahari dan pemberdayaan rumput laut.

“Mestinya, pemerintah juga membantu pemasarannya. Padahal, prospek bisnis rumput laut sangat menguntungkan. Tapi kenyataannya, bukan menguntungkan petani, sebalikya bikin buntung petani. Alasannya, pembina atau tim yang mengaku-ngaku tim tenaga ahli itu tidak lebih sebagai pengijon yang membodohi petani,” kata Suaeb.

Tepuk tangan dari peserta seminar memenuhi ruangan seminar, Suaeb jadi kebingungan. Kenapa dia habis ngomong ditepuki?

“Dari mana lu dapat kata-kata asing itu Bang. Hebat juga wawasan Bang Suaeb,” kata beberapa orang penduduk Kepulauan Seribu yang hadir dalam seminar tersebut.

“Kagak tahu di mana saya memungut.Tiba-tiba saja saya bisa ngomong begitu,” jawab Suaeb.

Bukan hanya penduduk Kepulauan Seribu yang sempat menerima acungan jempol, para panelis atau pembicara dalam seminar juga menilai Suaeb otaknya encer. Bahkan saatitu pula, sempat dibahas soal pemasaran rumput laut ke luar negeri yang begitu gencar, tetapi kenapa ekonomi petaninya tidak lancar?

Sesampainya di rumah, istrinya menyambutnya penuh semangat. Dengan cekatan ia menggelandang Suaeb memasuki kamar.

“Abang memang hebat. Aku lihat di Youtube. Kalau tadi Abang sukses mengikuti semiar di Kamaribu, Abang sekarang juga kudu sukses di kamarnya ibu,” kata isterinya sambil menggelendot di pundak Suaeb. (DDJP/stw/rul)