Revitalisasi adalah mengembalikan Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi pusat kesenian yang sesungguhnya, dan menjadikan TIM sebagai barometer seni nasional maupun internasional. Setidaknya begitu yang diinginkan seniman yang telah lama menaungi TIM sebagai markas mereka untuk menjaga marwah seni dan budaya Indonesia.
Namun belakangan wacana pembangunan hotel berbintang dibalik rencana revitalisasi berujung polemik. Para seniman TIM ramai-ramai menyuarakan penolakan lantaran pembangunan hotel dianggap jauh dari konsep revitalisasi yang diinginkan.
Menangkap persoalan itu, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mencoba menelaah situasi yang terjadi pada rapat kerja di Komisi B DPRD DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Kemudian, Pras sapaan karibnya segera memerintahkan komisi bidang perekonomian yang bermitra dengan BUMD penyelenggara proyek revitalisasi untuk terjun ke lapangan. Tujuannya agar jajaran DPRD DKI menyentuh langsung persoalan yang terjadi, untuk kemudian menentukan jalan keluar bagi kedua belah pihak.
Solusi terbaik menjadi penting bagi DPRD DKI Jakarta mengingat anggaran yang digunakan untuk revitalisasi TIM berasal dari penyertaan modal daerah (PMD) yang diberikan kepada BUMD terkait. Belum lagi ada asas pertimbangan untuk menentukan lebih dulu kegiatan prioritas untuk dianggarkan, mengingat potensi defisit yang dialami APBD DKI tahun anggaran 2020.
Setelah menyaksikan duduk perkara yang terjadi dengan terjun ke lapangan, Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Azis mendorong agar PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai penyelenggara revitalisasi TIM terus menggandeng para seniman. Mulai dari penyusunan konsep hingga pelaksanaan revitalisasi.
Menurutnya, komunikasi dan diskusi bersama diperlukan agar keinginan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk merevitalisasi kawasan PKJ TIM sebagai pusat seni budaya berkelas dunia berorientasi kepada hal-hal yang bersifat positif dan membangun.
“Jadi inilah saatnya PT Jakpro memperbanyak ruang dialog dengan para seniman sehingga persepsi mereka dan Pemprov DKI menjadi selaras dalam hal seni dan budaya. Apalagi Revitalisasi TIM ini sudah ditargetkan Gubernur (Anies Baswedan) menjadi pusat seni kebudayaan berkelas internasional,” ujarnya, Selasa (3/12).
Setelah mendapat penjelasan sementara dan kunjungan lapangan, Abdul Azis menjelaskan, dalam konsep desain setidaknya ada sebanyak sejumlah fasilitas utama yang berkaitan dengan seni di dalam TIM yang akan turut direvitalisasi oleh PT Jakpro.
Fasilitas tersebut di antaranya adalah Wisma Seni, Galeri Seni, dan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. Sedangkan, Wisma Seni direvitalisasi dengan mengubah bentuknya dari yang awalnya seperti vila menjadi bangunan vertikal dan PDS HB Jassin akan menyatu dengan perpustakaan.
Selain itu, Bangunan lainnya yang akan direvitalisasi yakni kineforum atau ruang sinematografi. Ruang itu akan sedikit ditambah kapasitasnya menjadi 25 kursi dan dengan teknologi yang lebih moderen untuk menjadi sarana para seniman memutar film hasil karyanya. Kemudian, Planetarium yang dalam rencana revitalisasi akan semakin ditonjolkan menjadi ikon TIM.
Kemudian, Graha Bhakti Budaya yang awalnya hanya mampu menampung 800 pengunjung akan ditingkatkan menjadi 1.300 pengunjung dengam fasilitas sound system yang lebih modern. Keenam ada bangunan lama yang sempat hilang kemudian diadakan lagi dalam pembanguna revitalisasi TIM seperti Teater Arena. Terakhir, pembangunan Museum Sejarah TIM yang nantinya akan menampilkan sejarah perjalanan TIM dari masa ke masa.
Atas dasar itu, Abdul Azis berharap agar PT Jakpro segera memberikan analisa kelayakan studi yang lebih relevan disertai pembaharuan konsep desain yang dituangkan kedalam masterplan Revitalisasi TIM. Dokumen tersebut dinilai perlu karena adanya pemangkasan PMD untuk PT Jakpro sebesar Rp400 miliar untuk revitalisasi TIM dalam Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020, sehingga Jakpro hanya diberikan Rp200 miliar untuk revitalisasi TIM untuk pengerjaan fisik di tahun 2020.
“Ini juga hal-hal yang harus diantisipasi lagi oleh Jakpro, makanya kita sudah minta di pertemuan terakhir kemarin supaya mereka (Jakpro) merevisi desain-desain nya dan juga membuat business plan yang baru untuk rencana (Revitaliasi TIM) kedepan,” terangnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meresmikan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat pada 3 Juli 2019 dengan menunjuk PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk mengerjakan proyek senilai Rp1,8 triliun. Sedangkan, target penyelesaian Revitalisasi TIM pada Juni 2021 atau bertepatan saat HUT DKI ke-494 sesuai dengan jargon “Wajah Baru Jakarta”. Maka dari itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menandatangani Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penugasan Kepada PT Jakarta Propertindo untuk Revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM).
Berdasarkan data yang dihimpun, kompleks seni dan budaya TIM kini memiliki luas sekitar 7,2 hektar, dimana proyek revitalisasi tersebut dibagi menjadi dua fase. Pembangunan tahap pertama meliputi revitalisasi Masjid Amir Hamzah yang berlokasi di area Plaza Graha Bhakti Budaya, Gedung perpustakaan HB Jassin, Wisma TIM, gedung Parkir Taman dan Pos Damkar yang sudah berlangsung sejak Juli hingga Desember 2020. Pembangunan tersebut membutuhkan pagu anggaran sebesar Rp600 miliar.
Sementara itu, untuk pembangunan tahap kedua akan dilanjutkan dengan revitaliasi gedung perpustakaan, revitalisasi interior Planetarium, dan Grha Bhakti Budaya mulai Juli 2019 hingga Desember 2020, serta mendirikan gedung Pusat Seni film Film yangmulai dengan landscape dan hardscape mulai Januari 2021 hingga Juni 2021. Pembangunan itu membutuhkan pagu anggaran sebesar Rp1,2 triliun.
Tak hanya pembangunan kedalam kedua fase, nantinya pasca revitalisasi TIM akan digadang PT. Jakpro untuk memperluas lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di TIM hanya 11 persen dengan luas RTH 7.800 meter persegi menjadi seluas 18.810 meter persegi atau naik sebesar 27,2 persen.
Selain memiliki RTH yang jauh lebih luas, akan ada beberapa bangunan yang moderenisasi seperti halnya gedung Pusat Dukumentasi Sastra HB Jassin, disana beberapa akan dibuatkan ruangan dengan buku-buku yang tertata rapi lengkap tempat membaca.
Tak hanya itu ada pula ruangan galeri seni, dimana ruangan ini akan menampilkan karya seni luki para seniman, sehingga lukisan itu tidak hanya disimpan, namun dipamerkan di dinding-dinding bangunan TIM yang baru. Kedua ruangan ini Pusat Dukumentasi Sastra H.B Jassin dan galery seni akan menjadi satu gedung dimana bagian atasnya yang direncanakan akan digunakan untuk Wisma TIM.
Dengan demikian, program Revitalisasi TIM yang dimulai sejak Juli 2019 dialokasikan sebesar Rp1,8 triliun dari total PMD yang diusulkan PT. Jakarta Propertindo (Perseroda) sebesar Rp4,7 triliun dalam Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2020.
Hanya saja, setelah mendapat pertimbangan dari Badan Anggaran (Banggar) DPRD, anggaran pembangunan Wisma TIM sebesar Rp200 miliar disepakati untuk ditunda terlebih dahulu lantaran belum ada kesepakatan yang bulat bersama para seniman yang belum terakomodir di dalam tubuh internal Taman Ismail Marzuki, seperti salah satunya Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Sehingga, total penyertaan modal daerah yang akan didapatkan PT. Jakpro (Perseroda) untuk melanjutkan kegiatan revitalisasi TIM sejauh ini terhitung sebesar Rp1,6 triliun pada 2020 mendatang. (DDJP/alw/oki)