Profesionalisme DPRD Korea Perlu Ditiru

May 24, 2016 10:09 am

Pimpinan rombongan DPRD Provinsi DKI Jakarta ke DPRD Kota Korea Selatan, Santoso mengaku banyak pengalaman dan masukan menarik yang diperoleh dari DPRD Korea Selatan. Terutama profesionaisme kinerjanya, perlu ditiru.

“Di sana, setiap anggota dewan mempunyai asisten yang melakat pada diri masing-masing anggota dewan. Berbeda dengan kita. Tenaga ahli yang ada di kita, bukan melekat kepada anggota dewan, tetapi melekat pada alat kelengkapan dewan. Demikian pula mengenai hak budgeting, mereka diberi kepercayaan penuh,” ujarnya (23/5).

APBD mereka juga cukup besar, lima kali APBD Provinsi DKI Jakarta, Rp 330 triliun. Ketika mereka melakukan kunjungan balasan ke DPRD DKI Jakarta merasa aneh, karena anggota DPRD tidak ada yang memiliki asisten, sehingga mereka berpendapat bahwa anggota DPRD DKI Jakarta ini orang-orang pintar semua, karena bekerja tanpa bantuan asisten.

“Ketika saya katakan saking pinternya sampai tidak ada kerjaan, mereka tertawa. Ruang kerja anggota DPRD Korea Selatan itu kecil, mejanya mirip meja kuliah, tetapi lengkap dengan laptop dan perlengkapannya. Jika akan bersidang, mereka tak perlu susah-susah mencari bahan seperti kita, karena setiap asisten telah menyiapkan bahannya. Gedung DPRD nya juga kecil, warisan dari Parlemen KoKI Jakarta,” kata Ketua Komisi C DPRD dari Fraksi Partai Demokrat itu.

Kang Nam Shang, pimpinan rombongan DPRD Korea Selatan juga mengatakan, minimal setiap anggota DPRD mempunyai seorang asisten. Sebab, di Korea Selatan, seorang wakil rakyat punya tiga orang asisten. Sehingga, jika mau rapat dengan eksekutif, masing-masing asisten sudah memiliki materi yang akan dibicarakan dari eksekutif.

Dikemukakan pula, hubungan sister city dengan Korea Selatan sangat unik dan berbeda dengan sister city dengan kota-kota lain di Asia Tenggara. Uniknya, kalau berkunjung ke Korea, makannya dijamin, termasuk transportasinya. Karenanya, tidak benar rombongann ke Seoul dapat uang saku 350 dollar AS itu salah. Yang benar, dikasih Rp 5.300.000 untuk makan di luar selama 5 hari.

“Kalau boleh berhitung, kita tekor. Tetapi, dari hasil kunjungan kerja itu banyak manfaat yang dapat dipetik,” ujar Santoso. (sk)