Dalam buku Freakonomics disebutkan, inovatif seringkali dapat membentuk perilaku manusia.
Dalam buku itu juga dikemukakan, seringkali terlihat perbedaan antara perkataan dengan perbuatandapat melihat apa yang diinginkan manusia seringkali berbeda dengan apa yang diucapkan.
“Kejelian kita menangkap apa yang tersirat dan bukan tersirat inilah yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam menemukan solusi-solusi tepat sasaran,” ujar Rudin saat minum kopi bareng teman-temannya di warung si Kesir.
“Pelajaran ketiga yang dipaparkan dalam buku tersebut adalah bagaimana kita melepaskan paham-paham yang selama ini diyakini. Padahal, belum tentu cocok dengan emosi diri kita. Masyarakat selalu mengajarkan kita untuk berani maju terus, pantang menyerah. Sementara, dalam banyak situasi, berhenti bisa jadi pilihan terbaik yang kita miliki, alih-alih terjerumus lebih dalam dan semakin banyak kerugian yang harus kita tanggung,” lanjut Rudin.
“Terus, apa yang bisa kita lakukan?” tanya Oma.
“Mencari pilihan yang terbaik” jawab Rudin.
“Pilihan yang terbaik? Makudnya? Jelasin dong?” kata mereka serempak.
“Kita harus bisa melihat dengan bijak. Mana yang patut diperjuangkan, mana yang harus rela kita lepaskan. Hingga yang buruk ini, yang tidak memiliki prospek adalah contoh hal-hal yang selayaknya kita lepaskan agar hidup kita lebih hahagia,” kata Rudin.
“Pantesan dia lepasin Indri, karena pengeretan. Dia kini lebih bahagia hidup dengan janda yang usianya lebih tua dari dia, tetapi kelihatannya memang punya prospek lebih baik ke depannya. Okelah kalau begitu. Kita setuju,” kata mereka sambil tos bareng-bareng. (stw)