Beres Pilpres 2024, pertarungan politik kini beralih ke Pilkada 2024. Suhu politiknya sama-sama panas. Saling sindir, saling serang, dan saling menjelekkan lawan antara elit terus intens,” Makmur buka suara.
“Mereka mempertontonkan pentas perang yang tak pernah berhenti kepada masyarakat,” Syamsuddin menimpali.
“Pertarungan tanpa henti ini sungguh sangat ironis. Padahal, para elite itu kerap ’menceramahi’ masyarakat agar menjalani proses demokrasi dengan sejuk, tenang, dan menghindari perpecahan,” Makmur ikut nimbrung.
“Katanya, mereka trauma dengan keterbelahan masyarakat yang terjadi pada Pilpres 2014 dan Pilkada 2019, yang residunya masih dirasakan sampai sekarang. Namun, para elite tersebut justru mempertontonkan kegaduhan kepada publik,” Johansyah ikutan nimbrung.
“Mereka menggunakan berbagai hal sebagai senjata untuk menyerang lawan politiknya. Baik terhadap musuh lama maupun musuh baru. Ada juga yang menggunakan isu baru agar bisa downgrade saingannya,” ujar Makmur.
“Tak usah jauh-jauh membicarakan pertarungan politik di kalangan elite politik besar yang hingga kini kita pun belum berhasil menyelesaikan pertarungan politik yang mendera teman kita,” Makmun menyela.
“Pertarungan politik yang kamu maksud apa?” tanya Johansyah.
“Nooh,………. Lihat tuh Solehuddin,” kata Makmun sambil menunjuk ke arah Solehuddin yang sedang merenung di bawah pohon jengkol.
“Emangnya kenapa dia? Kan selama ini dia baik-baik saja,” kata Syamsuddin.
“Baik-baik bagaimana. Kali ini dia lagi pusing tujuh keliling mengatur strategi politiknya, agar apa yang diidamkan bisa terkabul,” jawab Makmun.
“Aku makin nggak ngerti apa yang kamu maksud,” kata Syamsuddin.
“Kamu tahu, siapa perempuan yang selama ini dekat sama dia?” tanya Makmun.
“Kan Indriyani, putri bos kita. Emangnya kenapa?” sahut Syamsudin.
“Hubungan mereka memang sudah cukup lama. Bahkan Solehuddin sudah sudah merencanakan segera melamar Indriyani. Tetapi, tiba-tiba Indriyani dijodohkan sama Bimantoro, bos perusahaan garmen yang notabene adalah keponakan ibu Indri. Indri sendiri rupanya mulai berpaling dari Solehuddin,” kata Makmun.
“Waduh, pusing juga ya. Kalau sudah begitu, kita bisa apa? Mau merger politik? Kan nggak mungkin. Yang terjadi bukan pertarungan politik, tetapi perang batin,” pungkas Syamsuddin. (DDJP/stw)