Persaingan Ekonomi Kreatif dan UMKM Makin Ketat

February 10, 2025 12:03 pm

Pesaingan usaha bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta ekonomi kreatif semakin ketat di tengah banjir barang impor pasar online. Akibatnya, produk dalam negeri kian terdesak.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga mengatakan, perlu ada perhatian dan penanganan khusus di bidang  UMKM dan ekonomi  kreatif.

Apalagi, sambung Pandapotan, kontestasi di bidang ekonomi ini semakin terasa. Teknologi digital membuat nilai kompetisi semakin berat.

“Sedangkan perkembangan e-commerce menyebabkan tidak ada lagi batas ruang  dan waktu dalam  berdagang,” ujar dia, beberapa waktu lalu.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga. (dok.DDJP)

Pandapotan mengingatkan, pemerintah perlu menata dan membangun sistem ekonomi berkeadilan yang memberdayakan masyarakat.

“Terkait pembangunan ekonmi ini, pemerintah kita harapkan dapat memacu upaya pembangunan UMKM dan ekonomi  kreatif,” tutur Pandapotan.

Selain itu, ungkap politisi PDI Perjuangan itu, produk luar negeri yang membanjiri market place dengan harga yang sangat murah.

Kondisi demikian membuat produk dalam negeri terdesak. “Banyak barang yang  beredar, ternyata bukan produk Indonesia dan harganya sangat murah,” imbuh dia.

Sementara itu, Anggota Komisi B Nur Afni Sajim berpandangan, perlu ada gerakan menggunakan produk dalam negeri.

Manurut politisi dari Fraksi Partai Demokrat itu, jika gerakan itu terealisasi secara nasional, maka pengusaha UMKM tidak perlu takut bersaing di pasar.

“Namun, perlu ada peningkatan mutu produk UMKM agar bisa bersaing,” tandas Nur Afni.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim. (dok.DDJP)

Para pembeli, lanjut dia, bisa ditawari secara online dan barangnya langsung dikirim ke alamat pembeli.

“Barang tak perlu dibawa ke pasar. Cukup disusun dan ditumpuk di gudang,” kata dia.

Bila dicermati secara sepintas, tambah Nur Afni, barang-barang yang beredar di Indonesia kebanyakan bukan produk dalam negeri.

“Justru barang-barang impor lebih merajai pasar,” tukas dia. (stw/df)