Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta mendorong Dinas Lingkungan Hidup menggencarkan sosialisasi untuk mengedukasi warga mengenai bahaya limbah elektronik.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Iman Satria menilai, dengan edukasi maka program tempat sampah untuk menampung limbah elektronik yang digalakkan Dinas Lingkungan Hidup akan sukses.
“Semakin banyak tempat sampah untuk limbah elektronik semakin bagus. Tapi implementasinya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat,” ujarnya, Selasa (16/7).
Iman mengakui bahwa masyarakat di Jakarta belum semua sadar akan bahaya limbah elektronik. Berbeda dengan di kota maju seperti Tokyo, Jepang misalnya dengan masyarakat sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan sampah dan limbah.
“Sampai-sampai mereka itu bisa memilah sendiri mana sampah kering dan sampah basah. Nah hal-hal seperti ini yang penting sosialisasinya,” ungkap Iman.
Setelah menempatkan banyak di kantor-kantor pemerintahan, baru-baru ini Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyediakan tempat sampah limbah elektornik di 10 halte Transjakarta.
Kesepuluh halte Transjakarta itu, yakni Halte Cawang UKI, Kampung Melayu, Matraman, Senen, Kota, Harmoni, Bunderan HI, Tendean, Blok M, dan Ragunan.
Di masing-masing halte itu, selama Januari-Juni 2019 sudah terkumpul total sebanyak 3.640 unit limbah elektronik. Paling banyak di Halte Ragunan sebanyak 929 unit dan paling sedikit 60 unit di Halte Bunderan HI.
Sampah elektronik yang dibuang warga itu seperti baterai bekas telepon genggam, telepon bekas tak layak pakai, kabel-kabel pengisi baterai aneka gawai, pengisi baterai bekas dan lainnya.
Tak hanya di halte, DLH DKI pun menyediakan kotak sampah serupa di Stasiun Cikini yang telah mengumpulkan sebanyak 1.962 unit selama enam bulan terakhir. (DDJP/nad/oki)