Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail menyarankan Pemprov gencar memperkenalkan budaya Betawi lewat penjualan cinderamata dan kuliner khas Betawi kepada wisatawan lokal dan mancanegara.
Cinderamata seperti baju ikon Betawi, gantungan, hingga pajangan, serta kuliner bir pletok, kerak telor, ikan gabus, kue cucur, dan lainnya bisa diperkenalkan ataupun dijual melalui stan di tempat wisata, hotel, dan perkantoran.
“Di gedung-gedung tertentu, interior, di tempat-tempat umum indoor maupun outdoor, penjualan merchandise (cenderamata) itu yang mudah dan terjangkau,” ujar dia di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (5/6).
Sebab, kata dia, kini wisatawan yang datang ke Jakarta mulai kesulitan mencari oleh-oleh khas Betawi. “Sekarang kan orang ke Jakarta susah nyari souvenir Betawi itu tidak semudah ketika ke Jogja dan Provinsi lain,” ungkap Ismail.
Oleh karena itu, ia mengimbau Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI menggandeng Dinas Kebudayaan DKI untuk terus berinovasi guna mempertahankan dan melestarikan budaya Betawi menuju Jakarta Kota Global.
“Dinas Pariwisata, Dinas Budaya dan seluruh dinas terkait ini bisa berkolaborasi bagaimana menjadikan nuansa budaya Betawi ini melekat di Jakarta,” ungkap Ismail.
Ia berharap, budaya Betawi dapat menjadi identitas atau ikon dari kota Jakarta. Maka dapat memperkuat jatidiri kebudayaan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.
“Bagaimana juga Jakarta ini identik dengan Betawi, maka berikanlah porsi yang lebih, sehingga budaya Betawi itu benar-benar melekat dengan Jakarta,” tandas Ismail. (DDJP/yla/gie)