Indahsari berkisah. Beberapa pekan lalu, ia diundang untuk mengisi materi mengenai dana pensiun. Topik dan audiensnya beragam. Mulai dari karyawan muda yang baru bekerja, karyawan yang variatif rentang usianya, hingga pelatihan persiapan masa purnakarya untuk calon pensiunan.
“Bersyukur, dengan pengalaman selama belasan tahun bertemu dengan para karyawan di berbagai wilayah di Indonesia..Saya jadi sangat paham bahwa persiapan pensiun karyawan itu sangat berbeda untuk rentang usia 20-an, 30 hingga 40-an dan yang sudah 50-an. Apalagi konsep hari tua dan pensiun dimasa sekarang sudah sangat berbeda dengan generasi pekerja di tahun 80-an,” tutur Indah.
“Hari tua adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam ilmu perencanaan keuangan yang menandakan fase memasuki masa tidak produktif. Kira-kira 20 tahun silam, saat saya memasuki angkatan kerja, 55 tahun adalah penanda memasuki masa tersebut. Namun kini, tidak sedikit saya melihat mereka yang berusia di atas 60 tahun masih aktif bekerja karena berbagai alasan. Terlebih karena pada tahun 2045 kelak generasi milenial mulai memasuki masa lansia. Maka perencanaan dana untuk hari tua menjadi lebih terasa penting. Jika gagal, maka sandwich generation akan tercipta,” tambah Indahsari.
“Bebearapa waktu lalu pun, saya pernah menghadiri kegiatan yang memaparkan program pemerintah untuk mengoptimalkan silver economy. Yaitu pentingnya menjaga pola konsumsi yang berkesinambungan dengan cara menghindari lonjakan pengeluaran kesehatan saat usia lajut dan mengefektifkan investasi sumber daya saat usia muda. Hal ini sejalan dengan hasil survei terbaru dari perusahaan manajemen investasi. Yaitu, secara umum pendapatan pensiun pekerja di Indonesia diperkirakan hanya akan sebesar 20 persen dari pendapatan mereka saat ini. Bahkan lebih rendah,” kata Debora.
“Apa artinya? “ taya Lusiana.
“Jika tidak melakukan perencanaan sedari muda, bisa dibayangkan tingkat kesejahteraan generasi milenial saat memasuki hari tua akan terancam menurun, Karena itu, tak heran jika bertemu peserta pelatihan yang sudah akan memasuki purnakarya dalam rentang waktu tiga tahun atau menjelang beberapa bulan lagi, kometarnya hampir serupa. Aah, coba tahu ilmu ini dari muda,” kata Debora.
“Sebagai karyawan, gaji bulanan adalah sumber penghasilan utama yang akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan hidup. Tanpa terasa, karir seorang karyawan mungkin terus meningkat, yang diikui oleh kenaikan taraf hidup serta gaya hidup. Hal ini terus berlangsung hingga akhirnya tiba masa pensiun. Yaitu usia di mana seorang karyawan diharuskan berhenti bekerja secara tetap di sebuah perusahaan. Bahkan, saat ini, penghentian kerja di usia produktif banyak dialami masyarakat akibat krisis atau bahkan karena alasan lain,” kata Indahsari.
“Saya pun tertarik dengan hasil studi kasus yang dilakukan City University of Hong Kong tentang dampak dari pemanfaatan sumber daya sebelum pensiun dengan kehidupan setelahnya. Ternyata, zaman sekarang karyawan tetap swasta atau non pegawai negeri sipil (PNS). Sehingga tidak memiliki kepastian penghasilan setelah pensiun. Padahal, jumlah generasi milenial non PNS jauh lebih besar dibandingkan yang menjadi PNS. Poin penting lagi adalah pensiunan yang berhasil membangun sumber daya pensiun lebih mampu menghadapi tantanagn hidup di hari tua. Itu artinya, perencanaan untuk dana hari tua harus mampu membuat ekspektasi yang realistis serta mampu membuat tujuan hidup setelah purnakarya.” kata Debora.
“ Bagaimana praktiknya di Indonesia?” tanya Safitri.
“Menurut pengamatan saya yang berpraktik sebagai perencana keuangan selama 14 tahun terakhir, program pelatihan Masa Persiapan Pensiun (MPP) masih banyak yang baru diberikan setahun menjeang usia pensiun normal dan masih menitikberatkan pada persiapan memiliki usaha di masa pensiun dengan tujuan menggantikan penghasilan semasa produktif,” urai Indahsari.
“Bagaimana rencana dan persiapan kamu sebagai generasi produktif?” tanya Lodwig kepada Johan.
“Persiapan saya sama istri saya sudah matang? Kami cukup produktif. Dan itu sudah kami persiapkan jauh-jauh hari,” jawab Johan.
“Persiapan membuka perusahaan untuk persiapan menjelang pensiun?” tanya Lodwig.
“Bukan. Persiapan persalinan buat anak saya nomor lima,” jawab Johan tanpa ekspresi.
“Bujug buneng. Ini bener-bener generasi produktif, ” kata Lodwig dan teman-temannya sambil geleng-geleng kepala. (DDJP/stw)