Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Sholikhah mengusulkan anggaran bantuan sosial (Bansos) Kartu Anak Jakarta (KAJ) ditambah. Tujuannya mempercepat penanganan gizi buruk (stunting) di Jakarta.
Menurut Sholikhah, dana Rp300 ribu per bulan yang diterima anak Jakarta kurang mencukupi kebutuhan dasar dalam pemenuhan gizi anak.
“Saya ingin minta ini ditambah menjadi Rp500 ribu per bulan, karena sangat banyak yang mengalami stunting ini anak usia 0 sampai 5 tahun,” ujar Sholikhah di Grand Cempaka Resort and Convention, Cipayung, Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/11).
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Sholikhah.(dok.DDJP)
Dengan nominal itu, harap dia, anak Jakarta bisa mendapatkan kelayakan asupan yang baik. Dengan begitu, tak ada lagi anak alk stunting di ibukota.
“Kita ingin menuntaskan stunting, dan harus didukung anggaran yang cukup. Pemerintah harus hadir dalam penuntasan stunting. Ini prioritas. Tanggung jawab kita,” tutur Sholikhah.
Ia yakin, Dinas Sosial mampu menaikan anggaran Bansos KAJ. Mengingat tahun sebelumnya, Kartu Lansia Jakarta (KLJ) memberikan Rp600ribu kepada penerima manfaat setiap bulannya.
“Kita pernah memberikan Lansia Rp600 ribu. Artinya kita mampu. Saya ingin anak stunting harus diselesaikan dengan anggaran yang cukup, yaitu Rp500ribu,” ungkap Sholikhah.
Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Sosial Premi Lasari menjelaskan, nominal Rp300 ribu per bulan untuk penerima manfaat KAJ merupakan hasil dari kajian dan mengacu pada Program Keluarga Harapan (PKH) milik pemerintah pusat.
“Kami mengacu juga dari anggaran pusat, untuk bantuan PKH ibu hamil itu hanya diberikan Rp3 juta per tahun, artinya alokasi anggaran Bansos itu hanya Rp250 per bulan. Demikian juga indikator Balita pada program PKH itu hanya Rp3 juta per tahun,” tukas Premi. (gie/df)