Komisi D DPRD DKI Jakarta menyoroti sumber bau dari fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan. Hal itu terungkap akibat warga dalam beberapa pekan terakhir.
Ketua Komisi D Yuke Yurike meminta penjelasan rinci dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Termasuk langkah korektif yang terukur.
Ia menjelaskan, indikasi kuat sumber bau berasal dari rantai pengangkutan sampah menuju RDF Rorotan. Berkaitan dengan kebocoran compactor lama dan sampah basah akibat hujan.
“Bau tercium saat truk melintas,” ujar Yuke usai rapat kerja dengan DLH DKI di Ruang Bapemperda, Selasa (11/11).
Kondisi Jakarta yang diguyur hujan beberapa hari terakhir, kata dia, turut memperparah kadar air pada sampah. Sehingga menimbulkan kebocoran dari kendaraan yang tidak tertutup rapat.
Karena itu, Yuke meminta DLH memastikan seluruh armada dalam kondisi laik dan kedap air, sebelum kembali beroperasi.
“Gunakan compactor baru, lakukan inspeksi ketat, dan larang kendaraan dengan potensi kebocoran,” tegas Yuke.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan, telah menindaklanjuti laporan tersebut.
Pemeriksaan armada dan pengendalian sumber bau di fasilitas RDF. Selain itu, menghentikan sementara untuk memastikan armada, instalasi IPAL, dan sistem deodorizer berjalan optimal.
“Uji coba RDF Rorotan memang masih dalam tahap evaluasi,” kata Asep.
Ia menambahkan, aroma tak sedap saat uji coba kemungkinan berasal dari lindi yang tercampur air hujan. Termasuk kebocoran tangki compactor yang sudah berumur.
“Kami sudah menurunkan tim untuk menguras lindi, memperkuat pengolahan IPAL, dan memastikan truk-truk yang beroperasi selanjutnya benar-benar tertutup rapat,” terang Asep.
Komisi D merekomendasikan agar DLH melakukan penanganan menyeluruh. Mulai dari pengelolaan air lindi, sirkulasi udara di gudang produk, hingga operasional bunker yang tidak menimbulkan penumpukan sampah.
“Olahan harus langsung, deodorizer dan filtrasi bekerja, dan IPAL tidak boleh menjadi sumber bau,” pungkas Yuke. (all/df)