Pemajuan Kebudayaan sebagai Bekal Menjawab Tantangan

June 25, 2024 11:06 am

Sebagai negara yang kaya akan budaya, Indonesia sudah semestinya memprioritaskan upaya pemajuan kebudayaan dalam agenda pembangunan nasional. Hal serupa juga perlu dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) dalam menyongsong predikat kota global (global city).

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengatakan, Kota Jakarta yang pada 22 Juni 2024 genap berusia 497 tahun dengan berjuta pesona, juga harus memprioritaskan upaya pemajuan kebudayaan dalam agenda pembangunan.

“Karena, pemajuan kebudayaan bisa menjadi bekal menjawab berbagai tantangan di masa depan, seperti krisis iklim, krisis pangan, krisis ekologi maupun krisis ekonomi,” ujar dia usai menyaksikan pagelaran Gambang Kromong dan Lenong di halaman gedung DPRD DKI Jakarta, Jl. Kebon Sirih Jakarta Pusat, (21/6/2024), dalam rangka menyambut peringatan HUT ke-497 Kota Jakarta.

Didampingi Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Pantas Nainggolan dan Plt. Sekretaris DPRD Agustinus, pria yang akrab disapa Pras juga menggarisbawahi, Undang Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, membawa angin segar dalam memperkuat ekosistem kebudayaan di Tanah Air. Tanpa kecuali di Provinsi Daerah Khusus Jakarta.

“Keberlanjutan penguatan ekosistem ini perlu terus dijaga di pergantian tampuk kekuasaan atau pimpinan pemerintah,” tambah Pras.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, kebudayaan bukan sekadar identitas, melainkan juga modal sosial, ekonomi dan politik yang dapat mendorong kemajuan bangsa.

“Kita punya sumber daya kebudayaan yang luar biasa untuk menghadapi dan menjawab tantangan dunia saat ini, dan di masa depan. Seperti masalah iklim, pangan dan krisis lainnya,” urai Hilmar.

Dalam konferensi pers bertajuk ” Jalan Kebudayaan 7 Tahun’ Undang Undang Pemajuan Kebudayaan’, di Jakarta pada Jumat (21/6/2024), Hilmar Farid menegaskan, kekayaan kearifan lokal bisa menjadi inspirasi dalam menjawab tantangan tersebut.

Karena itu, masyarakat adat di sejumlah daerah mempunyai ketahanan pangan melalui tradisi menyimpan hasil panen di lumbung. Selain itu, banyak praktik kebudayaan yang menjadi kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wahyu Dewanto menuturkan, nilai gotong royong turut merawat kerukunan. Sehingga bisa mempererat interaksi sosial. Kebudayaan juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Baik lewat beragam produk kerajinan maupun wisata. Jadi, kebudayaan bukan hanya berbentuk seni tradisi, seperti lenong, topeng belantek, cokek, wayang kulit, ketoprak dan sebagainya,” tutur Wahyu.

Indonesia, termasuk Jakarta yang tahun ini genap berusia 497 tahun, merupakan salah satu negara dan daerah dengan biokultural terbesar di dunia. Artinya, selain kekayaan biodiversitas, Indonesia juga memiliki kekayaan budaya dengan nilai-nilai yang masih dipertahankan masyarakatnya.

“Persoalannya, kita ini seperti sleeping giant (raksasa tertidur). Dengan upaya pemajuan kebudayaan, kita ingin membangkitkannya dari tidur itu. Tentu, upaya ini harus melibatkan banyak kalangan yang selama ini tidak atau belum tersentuh oleh gerak kebudayaan tersebut,” papar Wahyu.

Pemahaman kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya di tengah peradaban dunia melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan.

Kemajuan kebudayaan juga mempunyai berbagai tujuan. Di antaranya, mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, kesejahteraan rakyat dan melestarikan warisan budaya bangsa.

“Jakarta, memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Ada lenong, topeng belantek, gambang kromong, tanjidor, rebana biang, rebana ketimpring, dan beragam seni tradisi yang perlu dibina dan dikembangkan dan dilestarikan dengan disahkannya Perda tentang Pelestarian Kubudayaan Betawi,” kata Pantas Nainggolan, selaku ketua Bapemperda DPRD DKI Jakarta. (DDJP/stw/df)