Membaca buklet berjudul Pariwisata, Pusaka Masa Depan Bagi Kita, Alam dan Warisan Budaya Bersama yang diterbitkan beberapa organisasi, termasuk oleh United Nations Educational, Scienfic and Cultural Organisation (UNESCO) 2009, sangat menarik.
Buklet tersebut mendiskripsikan berbagai hal tentang Pariwisata Pusaka (heritage tourism). Pariwisata Pusaka merupakan salah satu bentuk pariwisata minat khusus yang menggabungkan berbagai jenis wisata.
Antara lain wisata bahari, wisata alam, wisata tracking, wisata budaya, wisata ziarah, dan sebagainya ke dalam satu paket kegiatan yang tergantung pada sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah.
Pariwisata pusaka biasanya disebut Pariwisata Pusaka Budaya (cultural and heritage tourism atau cultural heratge tourism). Sebutan yang lebih spesifik adalah Pariwisata Pusaka Budaya dan Alam.
Suatu negara bagian di Amerika, Texas (Texas Heritagel Commission) mengartikannnya sebagai perjalanan yang diarahkan untuk meninkmati peninggalan-peninggalan yang terdapat di suatu kota, daerah, provinsi atau negara.
Kegiatan itu mengajak wisatawan mempelajari wilayah tersebut mengenai adat istiadat lokal, tradisi, sejarah dan budaya.
Berbagai penelitian tentang industri pariwisata akhir-akhir ini telah sampai pada kesimpulan bahwa Pariwisata Pusaka adalah bagian dari industri pariwisata yang paling maju perkembangannya.
Contohnya, Jamieson, 1998, Boniface & Fowler, 1993. Ini bisa terlihat dari jumlah penyelenggara (negara, lembaga, dan operator penyelenggara). Terutama dari segi jumlah wisatawannya.
Meningkatnya jumlah wisatawan jenis ini terkait dengan nilai tambah yang mereka dapatkan berupa pengetahuan dan pengalaman budaya serta kenyamanan yang akhirnya dapat meningkatkan kemungkinan untuk datang kembali.
Cukup potensial Indonesia, termasuk Jakarta. Sebagai pintu gerbang pariwisata nasional, Jakarta memiliki potensi besar untuk menuju Pariwisata Pusaka.
Potensi itu ada di Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Museum Nasional, Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa Jakarta dan beberapa museum lainnya di beberapa kota tua eks kerajaan di seluruh Nusantara.
Sebagai gambaran, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Departemen Perdagangan Amerika, pada tahun 2004 terdapat lebih dari 10,6 juta wisatawan yang melakukan kunjungan antarnegara dan berpartisipasi dalam kegiatan Pariwisata Pusaka selama mereka berada di negara tujuan wisata.
Lima negara dengan wisatawan paling banyak melakukan kegiatan wisata jenis ini adalah Inggris, Jepang, Jerman, Perancis dan Australia. .
Wisatawan Pusaka Budaya mancanegara yang berkunjung ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) rata-rata menghabiskan lebih dari 19 hari.
Sementara lama waktu berkunjung wisatawan mancanegara adalah 16 hari. Lebih dari 72 persen, berkunjung untuk tujuan bersenang-senang atau berlibur. Sementara, hanya 62 persen wisatawan mancanegara untuk tujuan yang sama.
“Sebanyak 41 persen wisatawan jenis ini menyatakan keinginan mereka untuk mengunjungi lebih dari satu negara (hanya 30 persen pada wisatawan mancanegara lainnya),” ujar Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina, Selasa (8/4/2025).
Politisi PDI Perjuangan itu mengemukakan, Asisten Industri Perjalanan Amerika dan Majalah Smithsoman “The Historic/ Cultural Traveler” Edisi Thun 2018 mengungkapkan, di Amerika Serikat, 81 persen dari total 146,5 juta orang dewasa yang melakukan perjalanan wisata di Amerika merupakan pelaku kegiatan Pariwisata Pusaka.
“Jika dibandingkan dengan tipe wisatawan umum, wisatawan tipe ini mengeluarkan uang lebih banyak (655 USS hingga 712 juta USS,” urai Wa Ode.
Dari paparan tersebut diketahui, Pariwisata Pusaka merupakan salah satu jenis pariwisata minat khusus yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan.
Menjelang lima abad Kota Jakarta, memilki destinasi pariwisata yang selaras dengan kriteria pariwisata pusaka. Jakarta juga memiliki perjalanan panjang sejarah dan budaya.
Kota Jakarta memiliki kawasan Kota Tua, Perkampungan Budaya Betawi, dan gedung-gedung bersejarah. Sehingga, Jakarta termasuk salah satu Kota Pariwisata Pusaka yang perlu ditangani secara proporsional dan profesional. (stw/df)