Rusdi dan kawan-kawan berencana pulang ke kampung halaman menjelang Hari Raya Iduladha 1445 Hijriyah yang jatuh pada tanggal 17 Juni 2024.
Mereka juga berencana ingin jalan-jalan ke Candi Borobudur. Bahkan pengin mengadakan pentas musik di sana.
“Insya Allah, kami bisa tampil maksimal dan bisa menghibur pengunjung cagar budaya yang terkenal di seantero dunia itu,” kata Rusdi yang diskografi solo albumns tak kurang dari sembilan judul itu.
Sebelum menggelandang ke berbagai kota di Asia Tenggara, Rusdi biasa berlari-larian main di berbagai titik dalam waktu 35 hari di berbagai kota di dalam negeri.
Kesibukan sudah terjadi sejak sebelum berangkat dari rumah kontrakan di celah gang di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Mereka sudah mengirim himpunan keterangan (press kit) melalui surel kelebih dari 200 pengelola tempat pertunjukan di segala penjuru di Magelang dan sekitarnya.
“Tetapi, begitu banyak pengelola venue yang menolak. Ada yang membalas, tetapi kasih referensi tempat lain. Kami kirim email lagi. Ada juga teman-teman di Jawa Tengah yang bantu kasih saran kontak,” kata Hardiman.
Hardiman mendapat tugas menghubungi beberapa venue serta menyusun rute perjalanan, menyesuaikan bakal tempat mereka berpentas.
“Candi Borobudur dipilih sebagai tempat awal dan akhir berpentas. Alasannya, simpel. Borobudur adalah tempat yang cukup strategis dan ongkosnya murah untuk menjangkaunya di bandingkan kota lainnya. Maklum, mereka belum di level penampil yang bisa dengan mudah dapat sponsor,” Hamidan berkomentar.
“Tak disangka, pertunjukan mereka sukses. Tak disangka pula, Rusdi dan kawan-kawannya yang dulu hidup susah di kampung halamannya sukses hidupnya setelah sepakat membentuk kelompok musik,” kata Soleman.
“Nah, itulah pahit dan manisnya perjalanan hidup ini. Itu pernah kita alami. Dulu, di kampung, kita mau makan thiwul alias nasi gaplek saja susahnya minta ampun. Iya, nggak. Nah, sekarang, lagu lu sebakul. Setiap hari maunya makan spageti. Minimal, Sate Bujangan,” kata Hardiman.
“ Aaah…….. Lu suka buka-buka rahasia kartu masa lalu,” kata Soleman yang merintis karirnya di kota sebagai tukang parkir amatir. (DDJP/stw)