Nostalgia Kota Jakarta (4): Lebak Bulus alias Lembah Kura-kura

July 11, 2024 11:06 am

Banyak nama tempat dan kampung di Jakarta dan sekitarnya bukan sekedar nama tetapi punya kaitan berdasarkan dengan riwayat atau peristwa yang ada atau yang terjadi di tempat tersebut. Seperti asal-muasal nama Kelurahan Lebak Bulus di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Nama kawasan tersebut diambil dari kontur tanah dan fauna, Lebak berarti lembah dan bulus adalah kura-kura yang hidup di darat dan air tawar. Jadi, tempat itu dapat disamakan artinya dengan lembah kura-kura.

Mungkin, pada zaman dulu, di Kali Grogol dan Kali Pesanggrahan yang mengalir di kawasan tersebut banyak kura-kura alias bulus.

Berdasarkan surat kepemilikan tanah yang dikeluarkan oleh yang berwenang di Batavia tertanggal 2 September 1675, kawasan Lebak Bulus adalah milik Bapak Made dan Bapak Chandra yang dapat diwariskan.

Bapak Made adalah seorang Jawa berpangkat Letnan. Karena tanahnya sangat subur, kawasan tersebut oleh Pak Made dijadikan sawah dan kebun. Tetapi, setelah ia meninggal tanpa sebab pada Agustus 1720, tanahnya diambil alih oleh Kompeni untuk kemudian jatuh ke tangan orang-orang Eropa yang berganti namanya menjadi Simplisitas.

Sekitar tahun 1789, kawasan tersebut tercatat sebagai milik Pieter Weelbeck pada tahun 1803. Pada peta yang diterbitkan Topografis Buereau 1900, di bagian barat daya kawasan itu masih tercantum lokasi rumah peristirahatan (landhuis) bernama Simplisitas.

Lokasinya tidak begitu jauh dari pengilingan padi yang terletak di tepi sebelah timur Kali Pesanggrahan.

Mendatangi kawasan Lebak Bulus sekarang ini hampir tidak ditemui lagi daerah pedesaan yang sampai tahun 1960-an masih bisa ditemui. Kala itu, daerah Lebak Bulus masih desa yang agak terpencil dan hubungan belum selancar sekarang.

Waktu itu, penduduknya sebagian besar petani dan penjual buah-buahan dengan cara memikul. Kaum wanitanya banyak yang bekerja di Jakarta sebagai asisten rumah tangga (ART). (DDJP/stw)