Nostalgia Kota Jakarta (3): Pondok Cina dan Wasiat Chastelein

July 10, 2024 2:03 pm

Pondok Cina, sekarang namanya Margonda. Margonda adalah nama seorang pejuang kemerdekaan di daerah itu. Nama Margonda jauh lebih terkenal dibanding nama Pondok Cina yang lokasinya di perbatasan Jakarta dengan Depok, Jawa Barat itu.

Sebab, di Jalan Raya Margonda Raya, Depok, Jawa Barat itu kini telah banyak bermunculan kafe, pertokoan, dan banyak pusat perbelanjaan.

Sebelumnya, nama Pondok Cina lebih dikenal dari pada Margonda. Nama yang baru itu muncul setelah dibangunnya perumahan pada tahun 1976. Sedangkan Pondok Cina telah berdiri sejak ratusan tahun sebelumnya.

Tepatnya, pada abad ke-18 ketika tuan tanah VOC, Cornelis Chastelein membebaskan para budaknya sekaligus mengeluarkan wasiat tidak mengizinkan orang Tionghoa tinggal di Depok.

Karena jarak Depok dan Jakarta (Glodok) cukup jauh, diperlukan pemondokan sementara bagi para penggarap tanah partikulir tersebut. Pondok itu dibangun di lokasi Pondok Cina yang saat ini menjadi bagian dari Mal Margo City Square.

Oleh orang Tionghoa, di tempat tersebut dibangun sebuah rumah besar yang bagus dan disebut Pondok Cina oleh masyarakat.

Depok yang kini mnjadi kota madya berkembang pesat setelah dibangun Perumnas oleh Presiden Soeharto pada 1976. Depok lebih berkembang lagi setelah dibangun Ksmpus Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1980-an.

Kini, di sekitar Margonda banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit. Padahal, pada awal 1980-an masih merupakan perkebunan singkong.

Pondok Gede

Di sebelah timur Jakarta yang berbatasan dengan Kota Bekasi, terdapat Kecamatan Pondok Gede. Nama itu berasal dari sebuah bangunan besar yang disebut landhuis, semacam tempat peristirahatan tuan tanah Belanda.

Bangunan itu adalah rumah besar (gede) yang terletak di pinggiran kota sebagai tempat tinggal dan tempat. peristirahatan tuan tanah. Di sini, dia banyak memiliki pekerja yang mengelola pertanian dan peternakannya.

Sekitar tahun 1775, lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut juga Onderdeming Pondok Gede, milik tuan tanah bernama Johannes Hootman.

Karena bangunan besar itulah masyarakat daerah ini menyebutnya Pondok Gede. Sampai tahun 1980-an, rumah besar ini masih dijumpai yang sekarang bernama Pasar Pondok Gede.

Pondok Labu

Masih banyak lagi kawasan yang dimulai dengan pondok. Salah satunya adalah Pondok Labu yang dewasa ini menjadi sebuah kelurahan dengan nama yang sama. Pondok Labu termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Nama kawasan ini diambil dari kata majemuk, Pondok dan Labu. Pondok merupakan tempat pemondokan atau tempat penginapan sementara. Labu adalah nama tanaman merambat yang bahasa ilmiahnya Lengaria hipida, yaitu labu besar yang biasa dimakan.

Kawasan ini baru disebut-sebut pada tahun 1803 sedebagai milik tuan tanah Pieter Walbeck, di samping Cinere dan Lebak Bulus yang pada masa lalu disebut Simplicitas.

Di kawasan Pondok Labu, tuan tanah tersebut mempunyai penggilingan padi dan sebuah rumah peristirahatan yang diberi nama landhuis simplicitas.

Pada peta yang dibuat Topographish Beureu Batavia 1910, penggilingan padi dan rumah peristirahatan itu terletak tidak jauh dari Kali Pasanggrahan, sebelah utara Rempoa.

Di Jakarta, sekarang ini juga dikenal nama Pondok Terong, Pondok Cabe, Pondok Bambu, Pondok Kopi, Pondok Kelapa. Kemungkinan besar berkaitan dengan jenis sayuran dan buah-buahan yang dibudidayakan di daerah-daerah itu.

Pondok Cabe, terletak di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, kini memiliki lapangan terbang perintis. Baik di Pondok Terong maupun Pondok Cabe, kini harga tanahnya cukup mahal.

Begitu pula di daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, dan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. (DDJP/stw/df)