Muhammad Thamrin, Kenang Kenalan Masa Kecil hingga Awal Perubahan yang Lebih Baik

January 26, 2024 5:47 pm

Seorang guru yang gagap sedang bicara di depan kelas. Dia bertanya kepada para siswanya apakah ada yang bisa menjawab di papan tulis. Muhammad Thamrin mengacungkan tangan dan berbicara dengan terbata-bata, seperti gagap dengan maksud meledek gurunya.

Sang guru marah besar. Ia melemparkan penghapus ke arah Thamrin. Tak kena, sebab Thamrin mengelak. Penghapus itu dipungutnya kembali dan dilemparkan ke arah badan gurunya.

Sang guru naik pitam dan mengejar-ngejar Thamrin di dalam kelas. “Beliau marah lalu mengejar saya sambil membawa penggaris kayu.  Saya kabur dengan naik meja ke meja. Seisi kelas jadi heboh, masya Allah,” ujar Thamrin  mengingat peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1983 itu. Saat itu dia masih berstatus pelajar SMP Sudirman.

Dia mengaku, mulai bandel saat SMP. Segala macam  minuman ia coba lantaran ayahnya berdagang minuman alkohol, di samping memiliki usaha bajaj dan mikrolet.

Saat ia duduk ke kelas 1 STM Sudirman  jurusan tekhnik mesin produksi,  ia suka berkelahi. Satu hari ketika ia dimarahi guru, gas untuk las di ruang praktik dibuka sampai semua yang ada di ruangan itu tiarap ketakutan.

“Semoga Allah menyayangi beliau. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang indah,” ujar Thamrin mengenang gurunya yang gagap sambil menyesali perbuatannya selama menjadi siswa SMP dan STM.

Menginjak kelas 2 STM, Thamrin tiba-tiba ingin mendalami ilmu agama. “Saya seperti mendapat hidayah dari Allah SWT,” ungkap dia.

Ia bertaubat dan tak ingin mengulangi semua prilaku buruknya. Thamrin kemudian pindah sekolah ke Madrasah Aliyah Negeri II. “Saya sekolah di dua tempat. Paginya di STM, sorenya di madrasah,” tutur Thamrin.

Lulus dari dua sekolah itu,ia melanjutkan kuliah di jurusan Usulidin (komunikasi penyiaran)  Universitas As-Syafiiyah. Lulus tahun 1994, Thamrin bergerak di jalur dakwah, berkeliling Indonesia.

Di penghujung hidupnya, ayah Thamrin pun bertobat. Ia tidak lagi menjual minuman beralkohol. “Beliau bertobat karena terdorong melihat perubahan pada diri saya. Saya bangga pada beliau. Bahkan tahun 2002 beliau pergi haji,” beber Thamrin.

Kini dengan membawa bendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Thamrin berharap mampu menjadi anggota dewan yang baik bagi warga Jakarta, terutama konstituennya. (DDJP/bad/rul)