Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Sholikhah mengapresiasi terhadap peluncuran Mobil Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA).
Hal itu berpotensi sebagai langkah strategis meminimalisasi hingga menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Jakarta.
Mobil SAPA, menurut Sholikhah, merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak yang rentan terhadap kekerasan.
“Ini adalah langkah berani yang patut didukung oleh semua pihak,” ujar Sholikhah, beberapa waktu lalu.
Data terbaru, angka kekerasan terhadap perempuan berhasil diturunkan dari 6,7 persen menjadi 3,7 persen.
Sedangkan kasus kekerasan terhadap anak dan remaja menunjukkan penurunan signifikan dari 39,6 persen menjadi 13,5 persen.
“Ini adalah kabar baik, tetapi perjuangan kita belum selesai,” tandas politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Maksud dari perjuangan yang belum selesai, sambung dia, mengingatkan masih ada korban yang membutuhkan perlindungan dan perhatian serius.
Karena itu, kata Sholikhah, pperlu kolaborasi lintas sektor untuk menekan peninkatan angka kasus kekerasan.
Ia pun mengajak berbagai elemen masyarakat berperan menciptakan lingkungan yang aman, serta mendukung perempuan dan anak.
Sejumlah elemen masyarakat yang berpotensi berperan langsung yakni, Dasa Wisma, PKK, hingga tokoh agama dan Pendidikan.
“Kerja sama ini penting agar tidak ada celah bagi tindak kekerasan,” tegas Sholikhah.
Apalagi, lanjut dia, perempuan dan anak merupakan pilar masa depan bangsa. “Kita semua bertanggungjawab memastikan mereka terlindungi,” tutur dia.
Sholikhah berharap Program Mobil SAPA tidak hanya menjadi solusi jangka pendek. Namun, menjadi langkah berkelanjutan.
Pekan lalu, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi secara simbolis menerima hibah dua armada mobil Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di Pendopo Balai Kota.
Selanjutnya, Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta diberikan wewenang untuk mengoperasikan Mobil SAPA.
Teguh mengungkapkan, Dinas PPAPP DKI terus berkomitmen mencegah dan menangani kekerasan berbasis integrasi yang melibatkan perempuan dan anak.
“Kami sudah memiliki Call Center Jakarta siaga 112 sebagai layanan pengaduan pendampingan hukum dan psikologi sebagai rujukan rujukan ke rumah aman serta fasilitas Kesehatan,” kata Teguh. (red)