Capaian Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) warga Jakarta pada tahun 2024 yang mencapai skor 72,93 dan masuk kategori tinggi mendapat apresiasi Komisi E DPRD DKI Jakarta.
Skor tersebut merupakan hasil pengukuran Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan akademisi dari Universitas Indonesia dan konsultan dari DGI Levner.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina mengatakan, pencapaian ini mencerminkan bahwa budaya membaca mulai tumbuh dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina. (dok.DDJP)
Ia pun berharap Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta terus berinovasi dalam rangka pemerataan minat baca dan literasi bagi seluruh warga Jakarta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk DKI Jakarta berusia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis baru mencapai 99,42 persen pada tahun 2023.
Artinya, masih ada sekitar 0,58% penduduk yang belum mampu membaca dan menulis. Terutama di beberapa wilayah, seperti Kepulauan Seribu dan Jakarta Barat.
“Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memastikan pemerataan literasi ini tercapai agar semua warga memiliki akses setara untuk mencerdaskan diri,” ujar dia saat dihubungi, Kamis (5/11).
Menurut dia, Dispusip perlu memperluas program perpustakaan keliling terutama bagi anak-anak. Dengan perpustakaan keliling diharapkan dapat menjadi langkah efektif untuk membawa bahan bacaan langsung ke masyarakat, khususnya di daerah yang sulit dijangkau atau memiliki keterbatasan akses perpustakaan.
Selain itu, program ini juga bisa diperkaya dengan aktivitas seperti mendongeng atau kegiatan literasi kreatif lainnya.
“Banyak dari mereka yang masih menyukai perpustakaan keliling dan menjadikannya momen yang ditunggu-tunggu,” kata Elva.
Elva menilai, perpustakaan keliling juga bisa menjadi solusi menarik untuk menjangkau generasi muda. Caranya dengan menyediakan koleksi bahan bacaan yang relevan dengan minat mereka, serta menciptakan pengalaman membaca yang interaktif.
Untuk menyesuaikan dengan teknologi, perpustakaan keliling juga bisa membawa bahan bacaan digital seperti buku elektronik (e-book) yang dapat diakses melalui gadget mereka.
“Generasi muda saat ini memang lebih akrab dengan gadget, bahkan banyak yang lebih memilih menonton daripada membaca,” kata dia.
Selain itu, dengan adanya diskusi buku yang dilakukan di ruang terbuka seperti taman kota saat perpustakaan keliling hadir, sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dan mendekatkan literasi kepada masyarakat.
Ia berharap, inovasi yang dilakukan Dispusip dapat semakin menarik minat baca masyarakat Jakarta, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
“Kampanye literasi yang melibatkan perpustakaan keliling ini juga dapat didukung dengan media sosial untuk menarik perhatian lebih banyak orang,” kata Elva. (yla/df)