Mewujudkan Jakarta Smart City

June 21, 2024 12:07 pm

Jakarta harus menjadi smart city. Apa pun konsekuensinya. Karena canggih dan modern. Kemajuan pesat perkotaan harus dilakukan secara efektif dan efisien dengan infrastruktur mumpuni dan menggunakan teknologi informasi.

Tujuannya untuk menangani permasalah kota dengan lebih baik dan lebih cepat. Ini memerlukan infrastruktur yang tepat, seperti CCTV.  Tapi lebih dari itu, smart city tidak hanya dengan memasang CCTV di mana-mana.

“Yang lebih penting adalah, bagaimana mengelolanya di pusat data dengan baik, cepat dengan analisa yang tepat dan perhitungannya yang baik serta memiliki dampak positif secara sosial, ekonomi, maupun budaya lainnya,” ujar Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua, Rabu (19/6/2024).

Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Jhosua. (dok.DDJP)

Wakil rakyat dari Fraksi Partai Gerindra itu mengemukakan, dalam mewujudkan sebuah kota yang smart, ada beberapa prinsip yang mesti diwujudkan. Yang utama dan efisien adalah, menyangkut berbagai aktivitas kehidupan.

“Untuk memujudkan wajah kota yang smart itu pasti. Antara lain, dengan penataan gedung-gedung yang apik dan fasilitas canggih serta modern. Kemajuan pesat bidang teknologi informasi merupakan penunjang penting untuk fasilitas smart city serta pusat data-data. Selain itu, harus didukung pengelolaan manajemen yang baik, disertai kepedulian warga kota,” imbuh Inggard.

Untuk mengantisipasi perkembangan yang mungkin terjadi dan berdampak buruk, tegas Inggard, harus ada peraturan yang membimbing. Antara lain, upaya seharusnya masyarakat dalam beraktivitas.

Jadi, harus ada semacam protokol. Menempatkan CCTV di berbagai tempat, seperti di jalan-jalan, memang sangat diperlukan. Sebab, menyangkut data atau fakta, keamanan, dan kenyamanan kota. Demikian pula di pintu-pintu air untuk memantau banjir dan sebagainya.

“Namun, memanajemen data real tadi, juga memerlukan kajian dan kebijakan untuk menentukan solusinya secara tepat. Karena smart city senantiasa terkait dengan tertatanya aktivitas yang lancar, efektif dan efisien,” tandas Inggard.

“Dalam bidang trasportasi misalnya, masyarakat dapat menggunakan jenis angkutan yang terkoneksi antara satu moda transportasi dengan moda transportasi lainnya. Petunjuk jalan, tidak hanya ditempatkan pada tempat-tempat strategis, tetapi juga di beberapa lokasi yang bisa dipastikan diperlukan pendatang atau wisatawan. Seperti di hotel dan gedung-gedung perkantoran,” urai dia.

Membangun Masyarakat

Secara terpisah, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mengemukakan, membagun smart city juga berarti harus membangun masyarakatnya.

Untuk itu, masyarakat yang telah memasuki perubahan peradaban seiring perkembangan teknologi informasi harus memiliki kepedulian dan kearifan atas perubahan yang terjadi.

“Terkoneksinya dengan baik dan cepat jaringan internet, menguntungkan semua lapisan masyarakat. Dengan menggunakan ponsel, kita bisa mencari alternatif lain. Namun tentunya tidak sebatas itu,” tutur dia.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak. (dok.DDJP)

“Kita bisa memberikan informasi pada Waze. Misalnya, kemacetan itu disebabkan oleh kecelakaan, maka jika pengguna Waze yang tersebar di sepanjang jalan tersebut menyampaikan informasi, tentunya nilai data yang masuk akan makin akurat,” tandas Gilbert.

Wakil rakyat yang membidangi transportasi, perekonomian, dan pariwisata itu mengatakan, sesuatu yang tampak smart menunjukkan efisiensi kota juga bisa diterapkan di sepanjang jalan atau di perkampungan. Misalnya, semua lampu penerangan umum menggunakan LED dengan sistem sensor.

Bila hari petang atau mulai gelap karena mendung, secara otomatis akan menyala. Demikian pula sebaliknya. Begitu pertanda matahari muncul, lampu-lampu itu akan mati dengan sendirinya.

Hindari Salah Persepsi

Smart city kadang dipahami salah persepsi. Seolah sesuatu yang hanya terkait dengan teknologi canggih. Padahal nilai efisiensi dan hasil, itulah yang penting.

“Di sebuah kota maju yang mengalami empat musim di luar negeri, saya pernah melihat, lahan yang tidak begitu luas, tetapi sang petani dapat menghasilkan panen luar biasa. Lahan sekitar 1.500 meter persegi itu, dengan teknologi hidroponik ditanami beberapa jenis sayuran dan dipadukan dengan kolam ikan di bawahnya,” ungkap Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga. (dok.DDJP)

“Air limbah dari kolam itu diolah dan jadi pupuk sayuran. Dalam setahun, produksi sayur seperti tomat, paprika, dan lainnya mencapai 30 ton. Itu salah satu contoh konsepsi smart,” urai dia.

Dengan suatu teknologi, tambah dia, sebenarnya buangan air dari kamar mandi masih bisa diubah dan dimanfaatkan.

“Memang bukan untuk kebutuhan air minum atau memasak, tapi untuk mencuci mobil dan menyiram tanaman. Hal ini akan mengurangi eksplorasi dari air tanah.Ini salah satu perwujudan dari sikap cinta lingkungan,” imbuh dia.

Perkembangan teknologi dan pesatnya kemajuan Ilmu dan Teknologi (IT) yang mengubah peradaban harus tetap disikapi secara arif dan bijaksana. Keperdulian dan toleransi tetap dihadirkan agar merasakan manfaat sebesar-besarnya dari perubahan.

Suasana yang nyaman dari pengejawantahan smart city, bisa dirasakan setiap saat dalam kegiatan sehari-hari, asal dengan tetap menghidupkan kultur dari karakter masyarakat yang berbudaya. Jika tidak, kemunculan aplikasi-aplikasi yang super canggih pun akan sisa-sia saja. (DDJ/stw/df)