Mengadu Peruntungan di Batavia, Nostalgia Kota Tua (5-Habis)

November 12, 2025 9:06 am

Setelah Batavia berdiri, satu jenis suku bangsa baru bertanmbah di Nusantara. Dr.De Haan dalam Oud Batavia memberikan nama homo Bataviensis.

Artinya, orang Belanda Indonesia. Istilah demikian merupakan kebalikan dari Homo Batavus, atau orang Belanda asli.

Dikatakan oleh de Haan, orang Belanda asli merupakan pribadi yang rajin bekerja. Sementara orang Belanda Indonesia lebih malas.

Perkembangan dari Batavus menjadi Bataviensis dinilai sangat sulit dan pedih. Banyak orang Belanda yang tiba di Batavia meninggal, beberapa bulan setelah tiba.

Mungkin karena ketidakcocokan cuaca. Mengingat iklim di Nusantara adalah tropis. Sementara, Negeri Belanda mengenal empat musim.

Mereka yang selamat justru menjadikan Nusantara sebagai kampung halaman secara permanen.
Umumnya, kehidupan mereka di Belanda terbilang miskin.

Mereka datang ke Batavia sebagai pelaut dan serdadu. Di tempat baru inilah mereka mengadu peruntungan.

Namun, hanya sedikit yang berhasil. Beberapa di antaranya menjadi pejabat tinggi di Batavia. Karena itu, mereka tidak tertarik pulang ke negerinya.

Alasannya, di Batavia mereka hidup seperti raja. Sementara di negerinya, mereka hanya warga biasa. Banyak orang Belanda kemudian  secara legal mengawini perempuan Indonesia.

Warga Bataviensis merasakan tinggal di Batavia sangat  panas. Ketika itu, temperatur di Batavia rata-rata 28 Derajat Celcius.

Hanya angin sepoi-sepoi dari laut yang bisa masuk. Meski demikian, udara tetap pengap. Justru Homo  Bataviensis takut pada udara segar. Mereka khawatir masuk  angin.

Orang Batavia menjaga kesehatannya dengan caranya sendiri. Membersihkan tubuh dan sering mandi. Sayang, hingga 1775, serdadu garnisun masih mandi seminggu sekali.

Rupanya, mereka takut air. Akan tetapi, mereka puya cara lain. Yaitu minum segelas gin (semacam minuman keras) dengan perut kosong.

Minum gin beberapa kali sehari. Pada malam hari sebelum tidur.  Tidak heran, industri utama di Batavia ketika itu adalah penyulingan arak.

Arak Batavia produksi orang-orang China terkenal di seluruh Asia saat itu. Menurut catatan James Cook, satu-satunya pelaut di kapalnya yang tidak jatuh sakit selama tinggal di Batavia berusia 70-an .

Ternyata, si  kakek tidak pernah berhenti mabuk. Selain adanya daya tangkal alkohol, merokok juga dipandang sebagai obat. (stw/df)