Menelisik Wisata Masjid Tua di Jakarta

October 31, 2024 11:50 am

Kota Jakarta menyimpan sejumlah bangunan masjid bersejarah. Di antaranya, Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakata Utara. Sejarah Jakarta boleh dibilang turut terukir di masjid itu.

Luar Batang, bermakna daerah di luar batang (groote boom) yang menutup Pelabuhan Sunda Kelapa pada malam hari.

Masjid Luar Batang diperkirakan berdiri pada 1736 Masehi. Dibangun oleh Al-Habib Huseini Abubakar bin Abdillah Al’aydrus, dari Hadramaut.

Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. (dok.bj)

Di area masjid itu pula makam sang habib yang meninggal dunia pada 24 Juni 1756. Arsitektur masjid itu bergaya campuran Arab-India-Cina.

Pada awal 2000, Pemprov DKI Jakarta menetapkan majid itu sebagai bangunan cagar budaya.

Masjid tua menyimpan cerita masa lalu yang menarik untuk ditelusuri. Sekaligus mengagumi gaya arsitektur yang juga memiliki nilai filosofis.

Arsiya Heni Puspita, praktisi Wisata Muslim berpandangan, wisata masjid tua terbilang potensial.

“Sebab, perkembangan Islam di mana pun pasti berawal dari masjid. Oleh karena itu, menarik jika wisata masjid tua dikembangkan menjadi objek wisata,” ujar Heni.

Hanya saja, sambung Heni, terdapat tantangan dalam menumbuhkan wisata masjid. Yaitu minimnya jumlah pemandu wisata muslim.

Di sisi lain, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo menuturkan, wisata masjid tua cukup berkembang. Di luar maupun dalam negeri.

“Sayangnya, objek wisata masjid tua di Indonesia cenderung dianggap tidak asing lagi oleh masyarakat,” tutur Rio, Selasa (28/10).

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, mayoritas masyarakat muslim membuat tempat ibadah tumbuh subur.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo. (dok.DDJP)

Berbeda dengan di luar negeri. Sejumlah negara yang masyarakat muslim sebagai minoritas, justru terdapat masjid tua yang juga sebagai objek wisata.

“Inilah yang mungkin menarik wisatawan untuk mengunjunginya,” imbuh Rio.

Andil Pemerintah

Meski wisata masjid tua menarik untuk dilirik, ada tantangan yang harus dihadapi agar dapat membuat potensi wisata ini lebih memikat.

Tantangannya adalah meningkatkan pelayanan. Pemandu wisata Muslim belum banyak.

Pihak penyedia jasa wisata Islami juga harus punya sumber daya manusia yang berwawasan luas tentang wisata halal, sejarah, dan budaya lokal wisata yang dituju.

Belum lagi, masalah perawatan masjid. Biaya yang dibutuhkan untuk merawat masjid tua masih minim. Sebab, sumber pendanaan bersifat swadaya masyarakat.

“Dibandingkan dengan masjid-masjid tua dan bersejarah di luar negeri, beberapa masjid tua dan bersejarah di Indonesia. Khususnya Jakarta, terbilang minim perawatan,” papar Anggota DPRD DKI Jakarta Achmad Yani.

Anggota DPRD DKI Jakarta Achmad Yani. (dok.DDJP)

Politisi asal PKS itu menilai, seharusnya pemerintah ikut andil dalam merawat masjid-masjid tua dan bersejarah.

Dengan demikian, masjid tersebut bisa menjadi tujuan wisatawan dalam negeri dan mancanegara. (stw/df)