‘Membutakan Diri’

June 20, 2024 10:07 am

Pada 2008, ketika krisis finansial melanda. Banyak pemilik bank melakukan praktik spekulatif berisiko tinggi dan diketahui oleh beberapa eksekutif dan karyawannya.

“Ada yang memang diam karena mendapatkan keuntungan tersendiri. Tetapi ada pula yang memilih tutup mulut karena merasa khawatir dengan keamanan pekerjannya,” Anton mengawali pembicaraan.

“Itu juga terjadi di Enton pada era 2000-an, ketika beberapa individu perusahaan itu melihat dan mengetahui adanya praktik akuntansi yang salah, bahkan dicuragi dengan sengaja oleh jajaran pimpinan. Para karyawan, termasuk auditor luar mengabaikan kecurangan itu dengan memilih tidak menyelidiki lebih lanjut. Kasus Ini berujung pada kehancuran dan kebangkrutan perusahaan,” menimpali Laksono, yang dikenal sebagai pengamat publik dan kebijakan.

“Saat ini, kita kerap mendengar pemberitaan tetang maraknya korupsi para pejabat.Banyak orang mengomentari penyelewengan ini. Namun, kita tidak mempertanyakan apa yang dilakukan oleh pejabat lain yang tidak diperiksa. Dalam Keseharian, kita pun bisa jadi mengabaikan adanya perilaku rekan kerja atau anggota keluarga yang tidak sesuai dengan nurani kita. Kita hidup dalam lingkungan yang korup dan lama-kelamaan terbiasa dengan pelanggaran moral ini,” papar Murdiyanto yang selama ini dianggap kritis.

“Aku ingin tanyakepada kalian. Apakah kita tidak sedang mengidap willful blindnest? tanya Surahman.

“Artinya apa ?” tanya Tito.

“Lho, dulu kamu kan tak kasih pinjam buku berjudul Willful Blindness Why We Ignare the Obvious at Our Peril karangan Margaret Heffernese yang antara lain menyebutkan, fenomena ini terjadi ketika individu atau organisasi memilih untuk mengabaikan atau menutup mata terhadap isyarat dan perilaku yang membahayakan reputasi, keuntungan, atau kedudukan mereka sendiri. Ini bisa terjadi ketika individu atau organisasi. Ini bisa terjadi di beberapa tingkatan. Mulai dari tingkat individu, institusi hingga negara,” kata Laksono.

“Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk membela kebenaran. Namun, mengapa gejala ‘membutakan diri’ ini bisa terjadi pada individu yang berkiprah di masyarakat?“ kata Syamsul seolah bertanya.

Willful Blindness merupakan fenomena yang benar-benar merugikan kita. Sebagai individu, apalagi pemimpin dalam kelompok atau organisasi, kita pantas bertanya. Apakah kita melestarikan willful blindness ini tanpa kita sadari ? Untuk itu, setidaknya kita perlu memitigasi risiko tumbuhnya gejala ini,” jawab Laksono. (DDJP/stw)