Sudah 65 tahun, tak terasa setiap tanggal 2 Mei selalu diingatkan akan pentingnya pendidikan. Yakni pendidikan berkualitas demi kemajuan Bangsa dan Negara Indonesia sesuai dengan kemajuan zaman.
Sejak Indonesia Merdeka, hampir 79 tahun lalu, sistem pendidikan di negeri ini terus mengalami transformasi dalam upaya menjawab tantangan zaman.
“Capaian sudah pasti ada. Paling tidak dalam 20 tahun terakhir, kita telah berhasil meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah. Angka partisipasi kasar dan rata-rata lama sekolah juga terus meningkat, meski belum menacapai target,” ujar Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak, Jumat (3/5/2024).
Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak. (dok.DDJP)
“Pada tahun 2.000 misalnya, hanya 29 persen anak usia 15 tahun yang bersekolah pada jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statisrik (BPS) tahun 2023, angka tersebut meningkat menjadi 92,51 persen,” urai dia.
Namun, tambah Jhonny, capaian tersebut belum berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas Pendidikan.
“Mengacu skor Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA), sejak 2015 hingga 2022, belum terjadi peningkatan kualitas pendidikan secara signifikan,” tandas dia.
Skor kemampuan dasar siswa Indonesia, lanjut Jhonny, masih mudah dan tetap lebih rendah dari rata-rata negara OECD.
Kebijakan Merdeka Belajar
Kondisi demikian menjadi tolok ukur bahwa kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya masih rendah.
Hal itu menunjukkan rendahnya kemampuan anak-anak Indonesia usia 15 tahun pada kompetensi abad ke-21. Keterampilan sangat dibutuhkan untuk menyambut bonus demografi dan Indonesia Emas.
“Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah telah memilih jalan transformasi pendidikan melalui kebijakan Merdeka Belajar. Kebijakan ini menawarkan konsep pendidikan yang lebih memerdekakan siswa atau pun guru dan tenaga kependidikan,” tutur dia.
“Pendidikan yang berpusat pada siswa, mengembangkan daya berpikir, kreativitas, dan karakter-karakter siswa dengan guru sebagai fasilitator,” tambah Jhonny. (DDJP/stw)