Nama Inggard Joshua sudah tak asing lagi terdengar di kancah politik. Ia mendapat kepercayaan publik hingga mendulang suara signifikan dan duduk di kursi DPRD DKI Jakarta, sejak tahun 2004. Hingga kini, empat periode telah dilalui Inggard dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Pria kelahiran Jakarta 2 Oktober 1956 itu memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang Jakarta. Sudah tidak diragukan lagi. Pasalnya sudah dua puluh tahun ia menyelam di dunia politik dan turut aktif dalam pembangunan Jakarta. Mulai dari era kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, Fauzi Bowo, Joko Widodo, Basuki Tjahja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan, hingga Penjabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono.
Wakil Ketua Komisi A (bidang pemerintahan) itu dipercaya warga Tambora, Cengkareng, dan Kalideres untuk duduk di DPRD DKI Jakarta. Komitmen yang kuat dibuktikan untuk membantu pengentasan masalah di wilayah tersebut.
Tak tanggung-tanggung, ia menyediakan ruang pertemuan di setiap Rukun Warga (RW) agar mudah menampung aspirasi. Dengan harapan, setiap keluhan dan kebutuhan warga dapat direalisasikan segera tanpa harus menunggu waktu Reses. “Karena dari ruang pertemuan RW inilah aspirasi warga di dengar dan disampaikan ke Pemerintahan yang lebih tinggi,” ucap Inggard.
Bukan tanpa halangan, ia berhasil duduk di parlemen Kebon Sirih melalui tiga partai berbeda. Yakni, Partai Golkar, Partai NasDem, dan Partai Gerindra.
Menurut dia, partai politik dibuat untuk memfasilitasi kepentingan rakyat. Inggard memegang teguh adagium Vox Populi, Vox Dei yang artinya ‘Suara Rakyat adalah Suara Tuhan’. Sehingga aspirasi harus didengar. Bila ada masalah, harus dicarikan solusi sesegera mungkin.
Ia pun mengaku tak segan hengkang dari partai bila dianggap menghambat kepentingan rakyat. “Saya memang diusulkan partai, tapi kalau tidak dipilih oleh rakyat tidak bakal jadi anggota DPRD DKI Jakarta,” ungkap Inggard. (DDJP/bad)