Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Provinsi DKI Jakarta melaksanakan kunjungan kerja ke Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/7).
Ketua Bapemperda Ichwan Zayadi menjelaskan, kunker tersebut dilakukan untuk mencari referensi sebagai bahan revisi Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah yang saat ini sedang terus digodok pihaknya.
Ia menjelaskan, Perda perubahan tersebut nantinya akan menjadi alas aturan pengelolaan sampah menggunakan intermediate treatment facility (ITF) yang saat ini kajiannya telah diusulkan Dinas Lingkungan Hidup (LH). Pengelolaan sampah dengan ITF sejauh ini dianggap yang paling ideal untuk mengatasi kelebihan kapasitas TPST Bantargebang, Bekasi di tahun 2021.
“Tentu ini sudah jadi masalah serius bagi DKI yang ingin perbaiki masalah sampah ini secara baik dan benar, dengan penyelesaian yang tepat,” ujarnya di Gedung Pemkot Surabaya.
Ichwan mengakui DKI perlu banyak belajar dari Surabaya karena mempunyai tata kelola sampah yang sudah jauh lebih baik dalam sistem manajerial. Dengan demikian banyak hal ketika itu yang ditanyakan jajaran Bapemperda DPRD DKI Jakarta ketika menemui langsung Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
“Ibu Risma sudah beri kami masukan-masukan penanganan sampah di DKI yang hampir rata-rata 7.500 ton per hari ini. Nanti akan kita perdalam bahasan ini bersama SKPD terkait Lingkungan Hidup,” terangnya.
Pada kesempatan itu sebelumnya, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan, bahwa tata kelola sampah yang dilakukan wilayahnya hampir sama dilakukan seperti DKI Jakarta.
Meski demikian, pengelolaan sampah di Surabaya dilakukan dengan selaras. Risma mengatakan, DKI Jakarta bisa mengadposi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) mandiri berupa rumah kompos di tiap-tiap warga Surabaya, serta pengerahan petugas sampah dengan konsistensi yang baik.
“Inilah alasan kami kenapa kalau di Surabaya hanya menghabiskan dana hanya Rp30 miliar. Karena kita menghemat biaya-biaya yang tidak perlu. Kita juga punya rumah-rumah kompos dan berhati-hati dalam mengelola sampah, setelah kami coba kompos ini sebenarnya tidak berbau dan lebih efisien digunakan sebagai berbagai macam kebutuhan,” kata Risma.
Selain itu, Risma menjelaskan pengaruh lain penurunan volume sampah hingga menjadi 1.500 ton per hari di Kota Surabaya disebabkan proses pengelolaan sampah sudah bisa menjadi energi seperti yang sudah diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo dengan sistem Landfill Gas powerplant (LPG). Alat itu bisa menghasilkan listrik 2 Mega Watt per hari. Dimana, 1,65 Mega Watt terhubung dengan listrik PLN.
“Saat ini TPA Benowo ini sedang membangun perluasan pembangkit listrik yang direnanakan akan menggunakan sistem gasifikasi. Sehingga kapasitas produksi listrik akan terus kita kembangkan hingga 12 Megawatt, dan 9 Megawatt akan dijual ke PLN,” tandas Risma. (DDJP/put/oki)