Marak Lagi Fenomena ‘Rojali’

August 21, 2025 1:58 pm

Fenomena ‘Rojali’ atau ‘rombongan jarang beli’ marak lagi di pusat-pusat perbelanjaan. Situasi itu menjadi indikator nyata melemahnya daya beli masyarakat.

Bahkan, menjadi tantangan serius bagi sektor ritel dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Khususnya di tengah ekonomi global yang melemah.

“Istilah ini merujuk pada kelompok masyarakat yang datang ke mal beramai-ramai, tetapi banyak yang tidak melalukan transaksi belanja,” ujar Sekretaris Komisi B DPRD DDKI Jakarta Muhammad Lefy, beberapa waktu lalu.

Sekretaris Komisi B DPRD DDKI Jakarta Muhammad Lefy. (dok.DDJP)

Penuturan Lefy itu menyikapi pernyataan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja.

Walau sebenarnya fenomena Rojali bukan hal baru. Namun intensitasnya sangat tergantung pada kondisi ekonomi rumah tangga.

Daya beli masyarakat yang belum normal sangat mempengaruhi perilaku belanja. Namun, masyarakat tetap datang ke mal.

Sebab, pusat perbelanjaan kini telah bertransformasi menjadi ruang publik multifungsi yang menyediakan kebutuhan rekreasi, kuliner dan hiburan.

Meski daya beli melemah, kata Alphonzus Widjaja, tingkat okupansi pusat perbelanjaan nasional hingga pertengahan tahun 2025, masih tetap di kisaran 80-85 persen.

Ia masih optimistis karena kondisi tersebut bersifat sementara. Transaksi di mal akan diyakini kembali membaik seiring dengan pulihnya konsumsi masyarakat.

“Secara umum, fenomena ini belum mengganggu kinerja pusat perbelanjaan dan segi pendapatan. Terutama karena daya beli di luar Pulau Jawa relatif lebih stabil,” tutur Alphonzus. (stw/df)