Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Muhammad Idris berharap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memanfaatkan sampah sayur ataupun buah (food loss) yang berasal dari sisa pembuatan makanan bergizi gratis (MBG).
Pasalnya, setiap dapur SPPG mampu memproduksi hingga 3.000 porsi makanan setiap hari. Sehingga dipastikan menghasilkan food loss yang cukup banyak.
“Sudah pasti dapur tempat pembuatan makanan gratis menghasilkan sampah. Makanya harus kita sama-sama manfaatkan, olah menjadi pupuk,” ujar Idris, Selasa (18/2).
Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Muhammad Idris. (dok.DDJP)
Ia berharap, Dapur SPPG mencontoh warga Pulau Sabira Kepulauan Seribu yang sudah mengelola sampah secara mandiri.
Artinya, warga tidak lagi mengirim sampah ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
“Mereka hebat mengolah sampah tanpa harus dibuang lagi ke Jakarta. Mereka mengolah sampahnya sendiri menjadi pupuk sehingga masyarakat pulau saat ini tidak beli pupuk lagi,” ungkap Idris.
Bahkan, warga pulau bisa mengambil pupuk untuk kebutuhan tanaman pribadinya secara gratis alias tanpa perlu membayar.
“Kelurahan, kecamatan, RT, RW, dan masyarakat untuk kebutuhan pupuk tanaman di wilayah sekitarnya mereka bisa mengambilnya dari TPS sendiri,” kata Idris.
Karena itu, ia juga mengimbau Dinas Lingkungan Hidup (LH) memberikan sosialisasi cara pengolahan food loss kepada 14 Dapur SPPG yang tersebar di Jakarta.
“Harapannya untuk mengurangi volume sampah di Bantargebang juga, karena Bantargebang sudah overload (kelebihan kapasitas -red),” tandas Idris. (gie/df)