Mana Doang-nya?

March 3, 2025 11:02 am

Ketika bus antarprovinsi dari Padang memasuki Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, hari sudah cukup malam. Satu per satu penumpang bus itu turun.

Seorang penumpang asal Padang, Uda Jimbo yang baru pertama kali ke Jakarta pun buru-buru turun dari bus lalu melempar pandang ke berapa penjuru.

Mencari warung makan karena perutnya melilit-lilit akibat lapar.

Agak lama, ia memandang warung makan Uda Denai yang sudah tutup.

Begitu pula warung makan Bundo Kanduang.

Matanya menatap nanar saat melihat ada satu warung yang masih buka.

Uda Jimbo pun buru-buru mendatangi warung itu dan memesan makanan.

Pemilik warung itu mengatakan, untuk makan sudah tidak ada apa-apa.

“Tinggal nasi doang,” kata pemilik warung.

“Nasi doang indak apolah. Perut ambo sudah sangat lapar,” kata Uda Jimbo.

Setelah menunggu beberapa saat, pemilik warung itu menghidangkan sepiring nasi tanpa lauk pauk apa pun.

“Silakan menikmati,” kata pemilik warung.

Uda Jimbo bengong menghadapi kenyataan itu.

Dia tidak tahu apa artinya doang.

“Iko nasinyo. Lha, doang-nyo mano?” tutur Jimbo.

“Emang itu nasinye, Kagak ade lauknya ape-ape,” kata pemilik warung dengan bahasa Betawi kental. (stw)