Mahalnya harga obat di Indonesia, belakangan ini lagi ramai diberitakan. Karena harganya bisa tiga sampai lima kali lipat dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia.
“Sehingga menimbulkan beragam komentar mengenai penyebab mahalnya harga obat belakangan ini. Dari pengadaan bahan baku, proses produksi hingga distribusi. Seperti diutarakan pakar kesehatan dalam seminar tadi ya,” ujar Heru.
“Sejumah solusi sudah ditawarkan para pakar kesehatan untuk mengatasi mahalnya harga obat dan alat kesehatan (alkes). Tetapi hasilnya masih nihil,” Iman menimpali.
“Yang jelas, kata pakar kesehatan, mahalnya harga obat dan alkes merupakan persoalan lama yang belum selesai,” kata Heru.
“Yaaa… Kayak nggak tahu saja. Harga obat mahal kan bukan rahaia lagi. Utamanya obat paten. Kalau dibilang persoalan lama, memang bagitu adanya,” Harun ikut nimbrung.
“Dampaknya, biaya perawatan menjadi tinggi. Tak sedikit warga harus mencari utangan untuk menebus obat. Tuuuh ……….. Amin contohnya. Dia harus ngutang sana-sini untuk biaya perawatan dan nebus obat buat isterinya yang sedang dirawat di rumah sakit,” kata Dirman.
“Iya. Bagi yang mampu, tinggal menarik tabungan. Tetapi, seperti kita-kita ini, apa yang mau ditarik? Dompet saja kosong. Hanya ada KTP dan Kartu SIM. Bisanya cuma narik napas panjang,” Maman ikut menimpali.
“Kita sudah merasakan harga obat itu mahal. Tetapi karena kebutuhan demi kesembuhan, semahal apa pun kudu dibeli. Terlepas itu uang boleh ngutang atau, yang penting bisa beli obat,” kata Heru.
“Rasanya, orang kagak bakal protes manakala harga obat itu mahal. Yang bisa kita cuma ngelus dada sambil ngegerundel. Kenapa harga obat mahal ya?” kata Maman.
“Eeeh …….ngomong-ngomong Sastro sedari tadi duduk ngejentul di sana. Apa dia juga lagi mikirin mahalnya obat saat ini?” tanya Heru.
“Ya. Dia sedang menghadapi persoalan pelik saat ini,” jawab Dirman.
“Ada keluarganya yang sakit dan lagi dirawat?” tanya Maman.
“Ya begitulah. Tapi dia lagi nyari obat yang kagak dijual di apotek atau toko obat!” kata Heru.
“Obat apaan?” tanya Maman kembali.
“Obat rindu! Karena sudah setahun ditinggal pacarnya,” kata Heru. (DDJP/stw)