Libur panjang ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang. Mereka yang berlibur ke luar kota, menjalani suasana berbeda dan santai. Semetara itu, yang tinggal di rumah melakukan berbagai hal sederhana saja. Misalnya, membersihkan rumah, memasak, menata tanaman atau bertemu dan ngobrol santai dengan kerabat.
“Bahkan hanya sekedar tetap bekerja di depan laptop pun dapat menjadi momentum yang melegakan karena suasana yang dirasakan berbeda dengan bekerja di hari kerja,” Mukmin mengawali obrolan bersama tetangganya di ruang pubkik terbuka ramah anak (RPTRA) dekat rumahnya.
“Berkenaan dengan Hari Raya Idul Adha ini, akan ada libur panjang lagi. Hari Sabtu-Minggu menjadi hari libur resmi. Tanggal 17 Juni, Hari Raya Idul Adha. Selasa, hari berikutnya libur bersama. Banyak aktivitas telah dilakukan, tidak sedikit yang memberikan kesenangan. Karena cukup banyak orang ke luar kota, otomatis jalanan di dalam kota juga jadi lengang, seperti menghembuskan udara segar,” Harsono menimpali.
“Bagaimana kalau tidak mempunyai uang?” nyeletuk si Jangkung.
“Tidak usah disesali. Yang lebih penting adalah menciptakan suasana yang berbeda dengan hari-hari biasa yang penuh ketegangan. Kita dapat mencari aktivitas-aktivitas yang tidak memerlukan biaya tambahan atau yang biayanya tidak terlalu mencekik,” kata Mukmin.
“Apa itu?” tanya Pailul sambil mencolek tubuh Jangkung.
“Silahkan dicari. Karena yang diminati oleh satu dan lainnya dapat berbeda-beda,” jawab Mukmin.
“Meski bagi sebagian besar orang, masa libur panjang sangat dinanti, ada juga sebagian lagi yang mungkin membayangkannya saja cukup membuat cemas. Ini apabila kita tidak memiliki orang dekat atau jauh dari orang-orang dekat untuk dapat menikmati libur panjang bersama mereka. Atau mungkin pula terjadi, hubungan kita dengan keluarga atau teman kurang baik, sehingga libur panjang justru dapat memperkuat rasa kesepian,” kata Mukmin.
“Tidak ada hidup yang sempurna. Jadi, daripada terpuruk menyesali diri, sebenarnya kita dapat merencanakan hal-hal yang cukup menyenangkan,” kata Jangkung.
“Misalnya?” tanya Guntoro.
“Misalnya, berlibur sendiri ke tempat yang terjangkau. Mencoba moda transportasi baru, atau menyenangkan diri dengan hobi. Manusia, entah dia introver atau pun ekstrover, adalah makhluk sosial. Karenanya, kita tetap perlu menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk yang tidak memiliki teman, akan lebih baik jika dapat bertemu dengan orang baru. Misalnya, ikut kursus atau kegiatan lingkungan. Jangan manyun kayak Purwanto,” kata Mukmin sambil menunjuk ke arah Purwanto.
“Iya, Pur. Aku lihat sedari tadi, kamu kayaknya gelisah, Di suruh minum kopi, ogah. Disuruh makan nasi gudeg juga menolak. Sebenarnya ada apa sih? Ini kan liburan panjang, kita nikmati saja bareng keluarga. Kamu kan temasuk pegantin baru. Kenapa susah-susah?” tanya Guntoro.
“Gimana nggak susah Gun. Keluargaku memang menikmati libur panjang ke kampung halamannya. Tinggal aku dan istriku di rumah. Sebenarnya, aku juga pengin menikmati libur panjang sama isteri. Tetapi, ternyata isteriku juga pengin menikmati libur panjang dan tidak mau diganggu,” jawab Purwanto.
“Lho, memangnya libur panjang kemana?” tanya teman-temannya hampir serempak.
“Nggak ke mana-mana. Berkenaan dengan tanggal merah nasional, isteriku juga lagi kena tanggal merah,” jawab Purwanto tersipu. (DDJP/stw)