Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Raden Gusti Arief menyoroti program penanganan Tuberkulosis (TBC). Meskipun masih menjadi prioritas oleh Pemprov DKI, capaian pengobatan justru mengalami penurunan signifikan.
Ia melihat, cakupan pengobatan pada 2023 mencapai 95,13 persen. Sedangkan di 2024 justru turun menjadi 89,24 persen.
Hal itu diungkapkan Gusti saat rapat Komisi E DPRD DKI bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Selasa (17/6).
Gusti juga menyoroti besarnya alokasi anggaran untuk penanganan TBC di DKI Jakarta dibandingkan dengan provinsi lain.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Raden Gusti Arief. (dok.DDJP)
“Jadi ini cukup besar, Rp10,4 triliun. Nah, ini mungkin bisa dibedah apa saja kegiatan yang sudah dilakukan,” tandas dia.
Legislator Partai NasDem itu juga menyayangkan keterbatasan obat untuk pengidap penyakit TBC.
Gusti banyak mendapat keluhan dari masyarakat mengenai ketersediaan obat TBC yang terbatas. Bahkan kerap kosong.
Berdasarkan informasi yang diterima Gusti, pelayanan hanya sampai pada diagnosis TBC.
“Kalau kita mau bicara soal stok obatnya, itu masih terbatas, bahkan banyak yang kosong,” ungkap dia.
Gusti menegaskan, TBC tidak boleh dianggap sebagai penyakit biasa.
Menurut dia, TBC merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
“Ini menjadi menjadi konferensi serius karena TBC ini jangan dianggap yang biasa-biasa aja, karena ini sudah pembunuh, pembunuh diam-diam ini TBC,” pungkas Gusti. (red)